Dengan latar ini, Syu'bah tak kesulitan menafsirkan kemauan sutradara. Caranya bicara, merokok, menenggak kopi, ekspresinya saat memimpin rapat dibingkai dengan jarak sangat dekat berjejak di kepala hingga kini. Aidit hasil tafsiran seni peran Syu'bah dan besutan Arifin adalah Aidit yang licik, penuh muslihat.
Pada Majalah Tempo edisi 7 Oktober 2007 Syu'bah menjelaskan sebenarnya ingin menampilkan akting yang lebih natural, utuh dan apa adanya. Namun, untuk itu ia membutuhkan tak hanya riset pustaka, tapi juga mendatangi keluarga Aidit yang telah bercerai berai.
Beruntung ada anggota redaksi Majalah Tempo, Amarzan Ismail Hamid, penyair yang pernah menjadi anggota redaksi Harian Rakyat mengenal Aidit secara pribadi. Di Wisma Tempo Sirnagalih, Megamendung Bogor, Syu'bah berdiskusi ihwal sosok pribadi Aidit dengan Amarzan.
Informasi paling penting yang disampaikan Amarzan, di antara semua tokoh komunis dunia yang pernah ia temui Mao Tse Tung, Ho Chi Minh, Aidit sosok yang paling tidak kharismatis. Informasi penting ini akan ditampilkan dalam mimik dan gesture dalam pemeranan.
"Tadinya saya ingin memberikan perwatakan yang utuh," ujar Syu'bah. "Tapi Arifin menyebut tak perlu, hanya butuh beberapa ekspresi saja," tambah Syu'bah.
Sayang, saat akan syuting, Syu'bah tertidur. Hasilnya, saat pengambilan gambar, ia merasa aktingnya tidak maksimal. Setelah menyaksikan bagaimana Arifin menampilkan Adit dalam film berdurasi 271 menit, Syu'bah merasa tak berhasil menampilkan sosok Aidit. Namun, sejak awal Syu'bah diinformasikan oleh Arifin, Aidit memang bukan tokoh utama. Namun, Syu'bah tetap meminta pendapat Amarzan soal penampilannya dalam film. "Buruk," ujar Amarzan.
Aidit Tidak Merokok
Load more