Amarzan menyebut memang sulit menampilkan sosok Aidit untuk sebuah film propaganda yang semuanya berdasarkan pesanan. Juga pada Tempo, Amarzan menyebut pernah diajak Arifin dan Danarto untuk terlibat sebagai Direktur Artistik di film tersebut. Setelah memberi saran, banyak pendapat Amarzan diabaikan, akhirnya ia memilih mundur.
"Ini film horor, Mbi," ujar Arifin singkat mendeskripsikan genre film yang akan mereka buat ketika diskusi pada awal produksi film. Embie C Noer, seorang musisi kontemporer yang bergiat di Teater Kecil, teater yang didirikan Arifin C Noer. Embie terbiasa menggarap musik untuk karya karya Arifin C Noer. Bagi Embie film Pengkhianatan G-30-September/PKI bukan sebuah rekonstruksi sejarah.
Arifin meniatkan film berbujet Rp 800 juta (cukup besar untuk era 1980-an) sebagai diskusi politik. Contohnya adegan Aidit merokok sangat berbeda dengan fakta elit PKI itu tidak merokok dalam kehidupan sehari hari. Murad Aidit menyebut sang Kakak tidak pernah merokok.
Jajang C Noer yang mendampingi suaminya Arifin menyebut memang cukup sulit menggambarkan Aidit. Waktu ia Arifin hanya memiliki satu foto Aidit. Setelah diamati memang mirip dengan Syu'bah Asa secara wibawa. Kemiripan wibawa juga jadi pertimbangan ketika menunjuk Umar Kayam jadi sosok yang memainkan Soekarno. Meski kemudian Jajang mengaku mengalami kesulitan berikutnya.
"Setelah riset, ternyata sosok Aidit itu dandy," ujar Jajang. "Syu'bah Asa tidak bisa dikatakan dandy," ujar Jajang.
Mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Goenawan Mohamad menceritakan ihwal dipilihnya Arifin C Noer menyutradarai film produksi Perum Produksi Film Negara dalam sebuah tulisan di laman media sosialnya.
Suatu ketika saat lari pagi di sekitar Gelora Bung Karno, Mas Goen bertemu dengan G. Dwipayana, usai lari Mas Dipo bertanya sutradara film yang bagus yang bisa menggarap film yang akan diproduksi PPFN.
Load more