Jakarta, tvOnenews.com - Baru-baru ini, beredar pengakuan anak Jenderal Ahmad Yani, Untung Mufreni di media sosial hingga viral.
Bahkan, pengakuan Untung Mufreni soal kematian sang ayah, begitu membuat netizen merinding hingga menuai komentar.
Akan tetapi, sebelum mendengar cerita pengakuan Untung Mufreni soal tewasnya Ahmad Yani. Apakah pembaca masih ingat Jenderal Ahmad Yani?
Barangkali, sebagian orang mengingat nama itu dan barangkali ada yang lupa.
Maka dari itu, tim tvOnenews, ingin mengajak yang lupa dan kaum melenial hingga gen Z untuk mengingat siapa sosok Jenderal Ahmad Yani.
Hal ini tak lain, agar menamba wawasan di khazanah sejarah Indonesia anda...
Ahmad Yani, dahulunya seorang panglima Menteri/Panglima Angkatan Darat ke-6 (kini disebut Kepala Staf TNI Angkatan Darat atau KASAD) pada periode 23 Juni 1962 – 1 Oktober 1965.
Pangkat terakhirnya sebelum peristiwa G30S adalah Letnan Jenderal atau Letjen.
Lelaki kelahiran Jenar, Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni 1922 ini, gugur saat peristiwa G30S. Memang, kala itu Ahmad Yani sempat menerima info bahwa dirinua terancam.
Namun, sekalipun Ahmad Yani terancam, ia tak menambah pasukan pengawal di rumahnya sampai malam 30 Setember 2965.
Mirisnya, pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, rumah milik Ahmad Yani digeruduk Pasukan Pasopati.
Saat digeruduk, Ahmad Yani sempat menemui pasukan penculik. Hironinya, Ahmad Yani malah diperlakukan sangat keji oleh pasukan tersebut.
Meskipun diperlakukan keji, Ahmad Yani sempat melawan hingga ia tewas ditembak. Dan, lebih mirisnya, ia ditembak di depan keluarganya.
Dalam pengakuan anak Ahmad Yani, Untung Mufreni, bahwa dirinya melihat dengan mata kepala sendiri, sang ayah tewas saat peristiwa G30S PKI pada 1 Oktober 1965.
Untung Mufreni bercerita, saat itu Ayahnya diperlakuka begitu keji oleh pasukan Cakrabirawa G30S PKI saat di kediaman pribadi mereka.
"Ayah saya sehat walafiat," cerita Untung Mufreni mengenang sang ayah, Ahmad Yani, seperti dilansir dari akun TikTok milik WawanTanasale Sabtu, (30/9/2023).
"Bintang tiga, kepala staf angkatan darat, diseret-seret di depan kita, bagaimana? Ditembak di depan kita, di seret keluar di depan kita (anak-anaknya). Coba bayangin," kata Untung Mufreni menceritakan kejadian keji yang menimpa sang ayahnya, Ahmad Yani.
Untung Mufreni katakan, pada saat kejadian keji yang menimpa ayahnya, ia masih kecil dan hanya bisa melihat hingga tak berkutik.
"Waktu itu, kita masih kecil-kecil. Akhirnya, cuma bisa liat bapak kita diseret-seret, bahkan sampai mau keluar dari pintu belakang, masih ditodong sama cakrabirawa. Cakrabirawa loh yang masuk, 5 orang yang masuk sampai penembakan," ujar Untung Mufreni.
Untung Mufreni pun akui, bawha peristiwa ini yang membuat keluarganya selalu sedih ketika bulan September hadir.
"Setiap September kita tidak merasa senang, selalu dalam keadaan yang sedih, karena kita mengingat terus dan terus-terusan," kata Untung Mufreni sembari menahan air matanya.
Bagaimana tidak sedih? Untung bersama saudara-saudaranya yang kala itu masih sangat kecil, mengaku sempat diancam akan ditembak.
"Kami kejar ayah kami keluar, sampai pintu belakang, itu satu orang dari Cakrabirawa sudah siap di depan kami, kami buka pintu dibilang 'siapa yang keluar kami tembak', itu masih kecil-kecil kami," ungkapnya menceritakan mencekamnya kala itu. (aag)
Load more