Bahlil juga menambahkan, awal mula konflik di Rempang, Kepulauan Riau, berawal dari kesalahpahaman mengenai informasi liar yang beredar bahwa akan ada relokasi.
Itu terjadi saat perwakilan kementerian teknis akan melakukan pengukuran lahan yang akan dieksekusi. Namun, saat tim akan masuk ke areal, ada informasi liar yang beredar bahwa akan ada relokasi.
"Kemudian, saudara-saudara saya di sana tidak salah juga. Karena informasinya mungkin merisaukan mereka, kemudian mereka memalang jalan dengan pohon yang ditumbangkan," kata Bahlil.
Padahal, lanjut Bahlil, jalur yang dipalang itu merupakan jalan utama yang tidak hanya menghubungkan kampung adat Rempang tetapi juga jalan lainnya. Lantas, setelah beberapa hari jalan ditutup, aparat kemudian membuka palang yang berujung gesekan dengan masyarakat.
"Jadi ini mis-nya sebenarnya di situ. Awal mulanya di situ. Ditambah lagi dengan informasi-informasi yang keluar, yang belum tentu benar. Lahirlah itu gas air mata," katanya.
Lebih lanjut Bahlil menjelaskan, total investasi di Rempang, Kepulauan Riau, senilai 11,6 miliar dolar AS atau setara Rp174 triliun. Bahlil menyebut investasi ini merupakan proyek pembangunan ekosistem industri yang besar.
Bahlil menuturkan nantinya di kawasan tersebut bukan hanya ada perusahaan kaca asal China yakni Xinyi Group, namun juga beberapa perusahaan lainnya.
Load more