Jakarta, tvOnenews.com - Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid secara tegas mengatakan Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas adalah kader palsu.
Hal ini bermula saat Yaqut Cholil yang juga merupakan kader PKB, diduga menyinggung Anies Baswedan selaku bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Perubahan telah melakukan politisasi agama.
Tak tanggung-tanggung, Yaqut Cholil juga menyeret situasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017 DKI Jakarta, yang di mana saat itu ricuh akan maraknya politik identitas.
Oleh karena itu, ada kekhawatiran karena pernyataan Yaqut tersebut akan memecah-belahkan partisipan suara untuk pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) atau Cak Imin.
Akan tetapi, Jazilul membantah kekhawatiran tersebut lantaran dia menilai kader PKB dapat memahami situasi yang terjadi.
"Sudah konstituen, PKB bisa membedakan mana kader loyal, mana emas, mana kader palsu, mana kader beneran. Mana yang sesuai dengan visi partai dan taat pada seluruh perintah partai," jelasnya, melalui keterangan video yang diterima tvOnenews.com, Selasa (3/10/2023).
Keberanian Jazilul menyatakan bahwa Yaqut adalah kader palsu karena pihak PKB sudah mendeklarasikan pasangan AMIN, namun pernyataan Yaqut beberapa waktu lalu seolah-olah membelot dari perintah PKB.
"Ya, kami sudah mendeklarasikan pasangan AMIN dan semua pengurus, konstituen, partisipan PKB semua sudah mendukung AMIN," kata dia.
"Saya pikir itu lah bukti ketaatan kepada organisasi, yang tidak setuju dengan itu berarti menyimpang dari keputusan organisasi, gampang itu dan publik akan tahu siapa kader-kader PKB yang menyimpang dari keputusan organisasi dan partai akan menerima disiplin organisasi," tandas dia.
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan semua pihak agar tidak menjadikan agama sebagai alat untuk berpolitik.
"Agama jangan digunakan sebagai alat untuk merebut kekuasaan, jangan jadikan agama sebagai alat politik," katanya di Solo, Jawa Tengah, Jumat, 29 September 2023.
Apalagi, katanya, saat ini sudah masuk pada tahun politik karena pada tahun depan akan terlaksana pemilu serentak. Ia mengatakan pemilihan umum hanya sebuah mekanisme untuk menentukan atau mencari siapa yang memimpin bangsa.
"Ini hanya mekanisme, ini bukan peperangan, bukan sebuah pertarungan hidup mati yang harus ada korban; tapi hanya sebuah mekanisme untuk menentukan siapa pemimpin yang akan menahkodai negeri besar yang bernama Indonesia ini," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap sebagai umat beragama, maka seluruh warga Indonesia harus menjaga suasana kondusif dengan menjadi agen dan aktor yang menjaga kedamaian pelaksanaan pemilu tahun depan.
"Tidak boleh kita semua ini menjadi bagian yang salah, saling memusuhi, saling menghina satu dengan yang lain, itu tidak boleh. Umat beragama seharusnya menyadari bahwa pemilu, tahun politik hanya sebuah mekanisme untuk menentukan siapa yang memimpin negara ini," tandasnya. (agr/mii)
Dapatkan berita menarik tvOnenews.com lainnya di Google News
Load more