"Budaya bahari Indonesia lahir dari kearifan kontemplasi 'local genius' dan memiliki aliansi strategis dengan pertahanan maritim, apabila direngkuh, dilestarikan dan diberdayakan. Sayangnya, budaya bahari tersebut telah luntur sehingga perlu siasat percepatan dan penguatan kembali," kata Raja Keraton Yogyakarta itu.
Salah satu cara untuk menguatkan kembali budaya bahari melakukan redesain budaya bahari dengan geostrategi melalui pendidikan berbasis kemaritiman dan membiasakan gemar makan ikan laut guna meningkatkan konsumsi kalori per kapita rakyat Indonesia.
"Lunturnya budaya bahari dapat dianalogikan rendahnya konsumsi ikan dan dampak illegal fishing belum dianggap ancaman. Jika konsumsi ikan orang Indonesia meningkat akan mendorong Pemerintah serius menangani lautnya, agar kebutuhan konsumsi ikan terpenuhi," ujar dia.
Menurut Sultan, semangat dan keterampilan bahari yang pernah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia perlu digali dan dikembangkan kembali di kalangan generasi muda agar bangsa Indonesia mampu menjadi tuan di negeri mereka sendiri.
Visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, menurut Sultan, layaknya oase di padang pasir, di tengah pemikiran mandek terhadap pembangunan yang berorientasi ke darat.
Dengan adanya pilar dan konsep Poros Maritim Dunia tersebut, menurut dia, prioritas pembangunan maritim memang harus diwujudkan sebagai garda peradaban Indonesia masa depan, yang menjamin kehidupan ekonomi, sosial dan politik, serta marwah Indonesia di percaturan politik global.
Dengan berbagai potensi yang melingkupinya, Sultan meyakini kemaritiman akan menjadi salah satu solusi kunci dalam berbagai permasalahan global di masa depan.
Load more