Jakarta, tvOnenews-Tatmadaw---sebutan angkatan bersenjata di Myanmar--dikenal dengan aksinya yang sadis, brutal pada rakyat sipil. Sejak menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis lewat kudeta pada 2021, militer Myanmar terus mengejutkan dunia dengan membunuh banyak warganya sendiri.
Menurut data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (Burma) dalam kurun waktu setahun pasukan junta militer telah membunuh 1.500 warga sipil.
Laporan lainnya dari Peace Research Institute Oslo menemukan bahwa setidaknya 6.000 warga sipil terbunuh dalam 20 bulan pertama setelah kudeta militer Myanmar pada tahun 2021. Angka ini jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan oleh badan-badan internasional, termasuk PBB.
Pembunuhan yang disebut Eks Ketua Tim Pecari Fakta PBB untuk pelanggaran HAM di Myanmar Marzuki Darusman sebagai genosida sebagian besar dilatarbelakangi moiof politik. Setidaknya 67 persen dari kematian warga sipil yang dilaporkan adalah pembunuhan bermotif politik. Empat wilayah – Sagaing, Magway, Mandalay dan Yangon – mengalami jumlah kematian warga sipil tertinggi akibat penindasan dalam enam bulan pertama setelah kudeta dan pembunuhan politik yang ditargetkan pada bulan-bulan berikutnya.
"Fakta bahwa peralatan pertahanan secara aktif dipromosikan setelah kampanye genosida terhadap Rohingya dan kudeta tahun 2021 menjadi perhatian serius dan menimbulkan keraguan atas kesediaan pemerintah Indonesia untuk mematuhi kewajibannya di bawah hukum hak asasi manusia internasional dan hukum humaniter," ungkap Marzuki.
Tatmadaw berasal dari Tentara Kemerdekaan Burma (BIA), didirikan pada 1941 oleh sekelompok revolusioner termasuk Aung San, yang dianggap oleh banyak orang Burma sebagai "Bapak Bangsa" spiritual, ayah Aung San Suu Kyi.
Namun, Aung San dibunuh tidak lama sebelum Burma memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1948. Sebelum kematiannya Aung San, BIA sudah mulai bergabung dengan milisi lain untuk membentuk angkatan bersenjata nasional. Setelah kemerdekaan, akhirnya terbentuklah yang sekarang dikenal sebagai Tatmadaw.
Setelah kemerdekaan, Tatmadaw memperoleh kekuasaan dan pengaruh dengan cepat. Pada 1962, pasukan itu menguasai negara lewat kudeta dan memerintah hampir tanpa perlawanan selama 50 tahun setelahnya. Pada 1989, Tatmadaw mengubah nama resmi negara itu menjadi Myanmar.
Tatmadaw memegang status tinggi di Myanmar. Ideologinya ultranasionalis. Keterlibatan tentara Burma secara terus-menerus dalam peperangan dengan milisi rakyat sipil dianggap oleh beberapa pengamat sebagai konflik sipil terlama di dunia.
Sejumlah pengamat menyebut Tatmadaw dididik sebagai mesin pertempuran saja, mengikuti perintah secara robotik.
Tatmadaw memegang status tinggi di Myanmar. Ideologinya ultranasionalis. (sumber foto: Istimewa/Tatmadaw)
Beberapa etnis minoritas, seperti Muslim Rohingya, telah lama menjadi sasaran kebrutalan terburuk yang dilakukan para tentara.
Ratusan pengunjuk rasa, termasuk banyak penganut Buddha Bamar, dibunuh oleh tentara mereka sendiri.
Selain bengis pada rakyat, skandal korupsi dan salah urus ekonomi jadi ciri kekuasaan junta militer. Para jenderal misalnya mengadakan parade militer mewah dan pesta makan malam di Ibu Kota Nay Pyi Taw pada Maret 2021, sementara anak buah mereka membunuh lebih dari 100 warga sipil di seluruh negeri dalam satu hari yang paling mematikan setelah kudeta."Ini benar-benar negara di dalam negara," kata Scot Marciel, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Myanmar hingga 2020 pada BBC Indonesia.
Para jenderal memamerkan kekayaan, mengusai sendiri sumber daya ekonomi tanpa memikirkan tentara yang pangkatnya dibawahnya. Beberaa elit militer juga menolak mengakhiri jabatan meski periode berkuasanya sudah habis. (bwo)
Load more