Meskipun demikian, Jokowi mengatakan bahwa digitalisasi dan perkembangan teknologi tidak bisa dihentikan. Hal yang perlu dilakukan adalah beradaptasi dengan situasi tersebut serta melindungi aset data digital bangsa.
Sementara itu, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto mengemukakan adanya potensi kerusakan atau terganggunya keamanan siber sebagai dampak dari lompatan teknologi pada tahun 2029.
Menurut Andi, lompatan teknologi mulai dari pembelajaran mesin (machine learning), analisis data sangat besar (big data analyst), kecerdasan buatan hingga komputer kuantum menjadi tahapan lompatan teknologi yang akan mengubah pola pencarian data secara signifikan.
"Semua hal yang sekarang kita siapkan sebagai keamanan siber akan menjadi rusak dan cara nanti machine learning, big data analisis untuk mencari pola-pola data jauh lebih tajam, jauh lebih cepat dan tidak ada lagi keterbatasan," kata Andi saat ditemui wartawan di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.
Andi menjelaskan keamanan siber yang sudah disiapkan akan menjadi tidak relevan lagi karena sebelumnya hanya mengandalkan big data.
Banyak negara di dunia, bukan hanya Indonesia, harus mengantisipasi lompatan teknologi tersebut karena dapat berpengaruh terhadap politik dalam negeri.
Salah satu negara yang sudah mengantisipasi lompatan teknologi, termasuk pada tahap komputer kuantum adalah Singapura yang sudah membentuk angkatan digital dan intelijen hingga angkatan keempat di militernya.
Load more