Jakarta, tvOnenews.com - Projo, relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi mendeklarasikan dukungan mereka untuk bakal calon Presiden (Bacapres) Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 mendatang.
Dukungan itu disampaikan oleh ketua umum Projo, Budi Arie setelah mendatangi rumah Prabowo.
Sebelumnya, relawan Projo menggelar Rakernas ke-6 di Indonesia Arena, GBK yang dibuka langsung oleh Jokowi.
Presiden Joko Widodo di Rakernas ke VI Relawan Projo, di Indonesia Arena, GBK, Jakarta Pusat. (Julio Trisaputra/tvOne)
"Kami baru melakukan pembukaan Rakernas 6 Projo, di mana Rakernas Projo kami sudah dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi)," ungkap Ketua Umum (Ketum) Projo yang juga Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie di Kertanegara 4, Jakarta, Sabtu (14/10/2023).
"Dan beliau sudah menyampaikan beberapa hal, termasuk kriteria-kriteria pelanjut beliau. Kami dari Projo menyimpulkan, calon yang dimaksud adalah Bapak Prabowo Subianto," tegas Budi Arie.
Ketum Projo kemudian mengungkap alasan lain mengapa mereka akhirnya memutuskan untuk mendukung Prabowo sebagai Presiden RI periode 2024-2029.
Salah satunya didasari oleh karakter Prabowo yang menurut Projo merupakan sosok patriot sejati.
"Bangsa Indonesia harus punya karakter pantang menyerah dan Pak Prabowo adalah patriot sejati karena itulah kami dari Projo sepakat untuk mendukung Bapak Prabowo Subianto sebagai calon presiden RI pada Pilpres 2024," kata Budi Arie.
Tak hanya itu, yang menjadi sorotan dalam Rakernas VI relawan Projo, di mana hanya mengundang sejumlah Ketum Parpol yang tergabung pada Koalisi Indonesia Maju (KIM) pendukung bakal calon Presiden (Bacapres) Prabowo Subianto.
Sementara, sosok Bacapres dari PDI Perjuangan yakni Ganjar Pranowo dipastikan tak diundang dalam kegiatan Rakernas VI Relawan Jokowi tersebut.
Dan sosok putra sulung dari Presiden Jokowi yakni Gibran Rakabuming Raka turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Projo, relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi), mendeklarasikan dukungan mereka untuk bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 mendatang. (Julio Trisaputra/tvOnenews)
Menanggapi hal itu, Rocky Gerung menilai bahwa ini merupakan menjadi perpecahan antara Jokowi dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
"Ini momen terakhir membuat pernyataan secara masif, secara massal bahkan, dan itu menandakan padang kurusetra sudah dimulai itu, perang Baratayuda udah dimulai itu" ucapnya yang dilansir Youtube Rocky Gerung Official.
"Itu menilai kalau hanya ini yang bisa menyelesaikan soal supaya terlihat terbuka pada publik bahwa memang Jokowi dan Mega itu tak mungkin lagi didamaikan," tuturnya.
Rocky mengatakan bahwa lebih mungkin kita membayangkan perdamaian antara Israel dan Palestina, kalau terjadi pergantian Perdana Menteri di Israel
Lanjut menurut Rocky Gerung, dalam kasus kita hari ini seluruh aparat yang bercokol atau dicokoli oleh Jokowi.
"Itu secara rela akan memasang badan untuk perang habis-habisan dengan PDIP, kira-kira itu tema sebetulnya," tambahnya.
Jurnalis senior, Hersubeno Arief menanyakan kepada Rocky, apakah ini bisa diartikan lebih kepada deklarasi perang terbuka.
Merespons hal itu, Rocky Gerung mengiyakan pernyataan tersebut.
"Iya betul, ini core-nya sudah terlihat di depan mata karena memang tinggal menghitung hari, gak mungkin lagi ada negosiasi," tuturnya.
"Salah nego, atau salah beri sinyal justru tercecer di dalam pertandingan taktik untuk segera masuk di dalam kompetisi pemilu,: tambahnya.
Rocky Gerung.
Pengamat politik sekaligus akademisi ini menilai kalau gejala politik yang tidak melembaga sudah hadir di Indonesia.
"Itu kerah-kerahan massa, padahal sebetulnya politik kita pasca reformasi kita atur supaya ada persaingan yang fair, persaingan yang masuk akal, pakai perlengkapan-perlengkapan intelektual," tuturnya.
"Ucapkan kritik melalui Dewan Perwakilan Rakyat, itu semua nggak terjadi, jadi kita masuk lagi dalam satu duel yang bisa membahayakan sebetulnya karena dendam akan dipupuk, karena yang diperlihatkan massa vs massa," jelasnya.
Kemudian disinggung soal Gibran Rakabuming secara resmi keluar dari PDIP.
"Ini perang terbuka, dan Mega menganggap,'oke kalau ini yang Anda mau, kami juga rela untuk ngerjain Jokowi,' kira-kira begitu kan.
Menurut mantan Dosen Filsafat UI ini bahwa bagi Megawati Soekarnoputri ini lebih kepada to be or not to be.
"Dan kira-kira batas kesabaran Megawati akan diuji hari-hari ini, lain misalnya kemudian datang Hasto ngasih tahu,'iya nggak apa-apa, yang penting proses-proses masih bisa berlanjut dinegosiasikan" imbuhnya.
Tetapi dalam hal ini, Rocky mengatakan bahwa pikiran publik sebaiknya yang terjadi Megawati seharusnya setelah deklarasi, langsung pecat Gibran dan Jokowi.
"Kan itu yang ditunggu publik, supaya jelas bahwa gak mungkin lagi gencatan senjata, jadi sebaiknya Mega persiapkan aja deklarasi untuk memecat Pak Jokowi dan memecat Gibran dari keanggotan Partai PDIP," jelasnya. (raa/ebs/ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini
Load more