"Jadi Gibran sangat oportunis karena meminta mundur setelah dia jadi Cawapres Gerindra, Cawapres Golkar bahkan untuk dipasangkan dengan Prabowo," tuturnya.
Kemudian Akademisi yang juga merupakan filsuf ini menuturkan bahwa pertarungan Pilpres ini lebih kepada alat versus alat, tak ada lagi adu ide dan gagasan.
Dia pun menjelaskan maksud dari Vendetta dendam versus dendam dengan meng-analogikan sebagai mafia.
"Cuman antara mafia kan, dan biasanya mafia itu juga awalnya satu keluarga kemudian berpisah itu, karena mainannya beda-beda, lalu perang antar geng," tuturnya.
"Perang antar geng sebetulnya, geng Istana dan geng teuku umar (kediaman Megawati), dan kita menyaksikan itu sebagai satu peradaban politik yang busuk atau memburuk minimal," imbuhnya. (ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini
Load more