Jakarta, tvOnenews.com - Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Ngabila Salama menuturkan manusia tidak dijadikan sebagai kelinci percobaan terkait rekayasa genetik nyamuk.
“Manusia tidak dijadikan kelinci percobaan pada program ini (rekayasa nyamuk bakteri Wolbachia),” ujar dia, saat dihubungi media, pada Senin (20/11/2023).
Bahkan, lebih lanjut dia menegaskan bahwa tidak ada nyamuk yang dilakukan rekayasa genetik Wolbachia.
“Tidak dilakukan rekayasa genetik pada nyamuk karena Wolbachia adalah bakteri alamiah pada serangga,” tegasnya.
Bahkan, dia mengatakan bahwa nyamuk berbakteri Wolbachia dipastikan tidak mengganggu ekosistem, selain itu juga ramah lingkungan.
“Tentunya ramah lingkungan karena tidak mengganggu ekosistem atau siklus hidup mikroorganisme lain,” tutup dia.
Kemenkes tegaskan manusia tidak dijadikan kelinci percobaan nyamuk bakteri Wolbachia. Dok: Reno Esnir-Antara
Sebagai informasi, Ngabila mengungkapkan bahwa di Indonesia sudah ada 5 kota yang menerapkan program nyamuk Wolbachia antara lain Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang dan Kupang.
Program ini pun digadang-gadang sudah sesuai dengan Surat Keputusan Kemenkes RI.
Sebelumnya, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI R.A. Adaninggar Primadia Nariswari mengatakan masyarakat tak perlu khawatir soal penyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia.
Ini dilakukan untuk menekan angka DBD di sejumlah wilayah di Indonesia.
"Apa benar nyamuk ini hasil rekayasa genetik? Kalau sudah mikir genetik pasti sudah mikir macam-macam. Padahal sebenarnya nyamuk ini atau yang nanti disebarkan enggak ada rekayasa genetik," katanya dalam akun Instagram pribadinya @drningz, Jumat (17/11/2023).
Ningz, sapaan akrab Adaninggar, menjelaskan bakteri Wolbachia yang dapat mengurangi virus dengue merupakan bakteri alami yang terdapat pada 60 persen jenis serangga seperti lalat, ngengat, capung dan kupu-kupu. (agr/nsi)
Load more