Jakarta, tvonenews.com - Kapal Neon moon II bantuan The ocean cleanup dan Coldplay mulai diuji coba di aliran Sungai cisadane, Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (2/12/2023).
Kapal penyedot sampah Neon Moon II Kapal penyedot sampah bantuan dari The Ocean Cleanup dan Coldplay berjenis interceptor diperuntukkan sebagai pembersih atau penyedot sampah dari hulu ke hilir di aliran sungai.
Sayangnya, saat uji coba operasi proses penyedotan sampah sedikit terhalang. Muasalnya adalah bukan saja sampah plastik dan rumah tangga yang ada di sungai Cisadane, namun banyak ranting-ranting kayu dan bambu sehingga menyulitkan proses penyedotan.
Kapal ini memiliki enam bak penampungan di dalamnya yang berkapasitas dapat menampung 6 ton sampah per harinya. Hal ini bisa meminimalisir sampah plastik yang mengalir dari wilayah Bogor Jawa Barat, Tangerang Selatan, dan Kota Tangerang.
Saat ini kapal Coldplay tengah diuji coba dan rencananya akan dioperasikan pada awal tahun atau Januari tahun 2024 mendatang. Kapal bernama resmi Interceptor Neon Moon II milik ini sudah ada di Desa Tanjung Burung, Kecamatan Teluknaga sejak 28 November 2023.
Nantinya sampah yang masuk ke dalam kapal langsung secara otomatis dipilah oleh mesin. Lalu masuk ke dalam enam bak penampung sampah.
Setelah mencapai 800 kg per kotak baru dilakukan penarikan dengan boat kemudian diolah di bank sampah nonorganik dan organik.
Nantinya untuk yang organik bisa dijadikan pupuk atau makanan maggot. Sementara yang non organik bisa dijual atau diolah dengan mesin holding untuk dijadikan batako.
Grup band asal Inggris Coldplay mengganti bendera pelangi dengan bendera berwarna putih bertuliskan “Love” yang berarti cinta, pada konsernya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Rabu (15/11/2023) malam.
Pada sebagian besar konser Coldplay di berbagai negara dalam rangkaian tur “Music of the Spheres Tour 2023”, Chris mengibarkan bendera pelangi sebagai dukungan terhadap Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), umumnya saat lagu “People of the Pride”.
Namun pada konsernya di Jakarta, mereka nampak memahami kondisi dan budaya setempat, dengan memilih untuk menggambarkan cinta dengan simbol yang lain.
“Terima kasih banyak untuk mengizinkan kami bermain di negaramu,” kata vokalis Chris Martin.
“Terima kasih untuk pemerintahmu telah memberi kami izin untuk datang ke sini,” tambahnya.
Usai menyanyikan lagu yang berpesan tentang hak tiap manusia untuk menjadi dirinya sendiri itu, Coldplay melanjutkan aksi panggungnya dengan lagu “Clocks”.
“Kami sangat jatuh cinta dengan masyarakatmu (Indonesia), dengan negaramu, kami sangat bahagia untuk berada di sini,” kata Martin.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang Fachrul Rozi mengatakan, pihaknya tengah mengebut pembangunan sarana dan prasarana pendukung operasional kapal Neon Moon II.
"Kami sedang percepat pembangunan sarana dan prasarana pendukungnya, juga melatih petugas untuk pengoperasian kapal," kata Fachrul.
Menurut Fachrul, Pemkab Tangerang akan membangun dermaga hanggar sebagai lokasi pemilahan dan pengolahan sampah, juga kantor sekretariat serta pos satpam.
Selain itu, disiapkan juga alat berat dan perahu boat sebagai fasilitas pendukung Neon Moon II.
Kemudian sebanyak 12 orang akan dilatih untuk mengelola dan merawat kapal berkapasitas enam ton sampah plastik itu.
Fachrul menjelaskan nantinya sampah dari Sungai Cisadane diangkut menggunakan kapal ini, lalu dibawa ke tempat penampungan sampah untuk diolah kembali.
Neon Moon II merupakan kapal statis (tanpa penggerak) yang terdiri dari dua bagian utama, kerangka, dan trash bin dengan kapasitas 800x6 buah. Fachrul menyebut sumber tenaga kapal bantuan dari Coldplay ini adalah solar panel atau tenaga surya.
Setelah sukses menggelar konsernya di Indonesia, Coldplay makin membuat masyarakat Indonesia kagum. Pasalnya, band asal Inggris tersebut menyumbangkan Neon Moon 2, sebuah kapal pembersih sampah sebagai bentuk dukungan pembersihan dari pencemaran sampah perairan di Indonesia.
Pada dasarnya, pemberian kapal Neon Moon 2 adalah hasil kerjasama antara Coldplay dan organisasi nirlaba rekayasa lingkungan dari Belanda yang bernama The Ocean Cleanup.
Neon Moon 2 sendiri, merupakan kapal yang dikembangkan oleh The Ocean Cleanup yang diberi nama Interceptor.
Pembuatan kapal ini pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan efektifitas kinerja dari The Ocean Cleanup untuk membersihkan sekaligus mengangkut sampah yang didapat dari perairan seperti laut dan sungai.
Untuk saat ini, The Ocean Clenup telah mengoprasikan dua kapal pembersihnya yaitu Interceptor 001 di Cengkareng, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada 2019, serta Interceptor 020 yang beroprasi disepanjang sungai Cisadane.
Neon Moon 2 atau Interceptor secara keseluruhan memiliki panjang hingga 24 meter yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pembersihan dan pengambilan sampah dari perairan.
Oleh karena itu, sekitar 50% lebih bagian kapal ini diperuntukan untuk sampah.
Untuk sebuah kapal pembersih sampah, Neon Moon 2 juga dilengkapi dengan beragam fitur canggih yang dibuat untuk mengoprasikan kapal secara otonom seperti conveyor belt, pesawat udara kecil, lampu, sensor, hingga transmisi data.
Terlebih lagi, Neon Moon 2 ditenagai oleh baterai lithium ion yang dapat diisi ulang dengan menggunakan tenaga surya melalui panel surya yang terdapat di bagian atas kapal. Hal ini membuat Neon Moon 2 minim polusi saat pengoprasiannya.
Dalam pengoprasiannya, Neon Moon 2 akan berada di aliran-aliran sungai untuk mencegat sampah hanyut ke lautan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyebut lokasi kapal tersebut berpotensi untuk menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat.
Tidak hanya untuk dikunjungi, tetapi juga bisa menjadi suatu inspirasi agar pengunjung yang melihat dapat ikut peduli terhadap lingkungan.
“Karena ini kapalnya Coldplay, mungkin banyak yang ingin melihat. Nanti kami akan fasilitasi dengan dinas LHK dan pariwisata setempat di Jawa Barat,” kata Sandiaga di Jakarta, Senin (27/11/1023).
Ia menjawab, fasilitasi yang akan diberikan adalah untuk memuaskan seandainya terdapat keingintahuan para penggemar, terhadap kapal tersebut.
Bahkan, kata dia, dapat mendorong inisiatif terhadap gerakan kepedulian lingkungan. “Para fans, yang mungkin mencari sensasi tersendiri ber-selfie dengan kapal tersebut seandainya sudah datang, bisa terfasilitasi. Mungkin bisa jadi ajang juga membersihkan sungai Cisadane bersama kapal Coldplay, itu tidak menutup kemungkinan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, kata Sandiaga, pemberian kapal Coldplay menjadi suatu hal yang sangat inspiratif. “Sungai Cisadane ini salah satu sungai yang paling terkontaminasi, sungai ini sekarang bisa mendapat bantuan dari kapal yang harganya juga cukup bernilai, ini merupakan model dari pariwisata yang berkualitas,” katanya.
Nantinya, kata dia, jika wisatawan datang, mereka menjadi terdorong untuk ikut membersihkan sampah, bukannya meninggalkan sampah. Apalagi, ia menyebut jika Coldplay yang notabene merupakan warga negara asing malah peduli dengan Indonesia, seharusnya warga Indonesia asli harus lebih peduli.
“Orang-orang yang tidak tinggal di sini aja mau membersihkan sampah yang ada di bumi Indonesia, mestinya kita lebih memilki awareness, lebih memiliki kepedulian untuk lebih menjaga lingkungan,” tutur dia.
Tahun ini dalam rangkaian tur ke beberapa negara, termasuk Indonesia, Coldplay menerapkan berbagai aksi peduli lingkungan. Dengan Berpedoman pada 3 prinsip sustainability, yaitu Reduce, Reinvent, dan Restore.
Berikut adalah poin-poin yang dilakukan Coldplay dalam konser ramah lingkungan mereka:
Satu Tiket Satu Pohon.
Coldplay berjanji akan mendanai program tanam pohon. Salah satunya dengan merencanakan penanaman 1 pohon untuk 1 tiket yang terjual. Tak hanya itu, band musik aliran rock and roll ini juga membiayai berbagai program reboisasi, konservasi, regenerasi tanah, penangkapan/penyimpanan karbon (DACCS), dan energi terbarukan.
Energi Terbarukan.
Dalam konser mereka di GBK, terdapat lantai kinetis. Dimana lantai tersebut akan mengubah gerakan penonton menjadi energi dan membantu memberikan daya pada pertunjukkan. Selain itu tersedia juga sepeda yang mampu menjadi pembangkit listrik, sehingga penonton bisa mengayuh untjk berpartisipasi dalam memberikan daya selama konser berlangsung.
Mengurangi Emisi Gas CO2.
Dalam rangkaian tur Music of The Spheres ke beberapa negara, Coldplay menghindari penggunaan bahan bakar fosil. Bahan bakar tersebut sebisa mungkin digantikan dengan energi bersih dan biomaterial berkelanjutan. Selama masih memungkinkan, mereka sekaligus timnya berusaha menggunakan mobil listrik atau kendaraan biofuel. Bahkan pengurangan penggunaan kendaraan udara juga dilakukan. Sebab pesawat memiliki bahan bakar dari fosil.
Gelang LED.
Para penonton konser mengenakan gelang LED yang juga ramah lingkungan, yakni terbuat dari 100% bahan nabati yang dapat dikompos. Kemudian produksi selanjutnya pun akan dikurangi hingga 80%. Dengan cara mengumpulkan, mensterilkan, dan mengisi ulang daya gelang setelah konser selesai.
Gerakan Minim Sampah.
Bukan rahasia lagi bila konser adalah salah satu acara penyumbang sampah. Namun, berbeda dengan yang satu ini. Grup band yang berdiri sejak tahun 1997 ini selama konser kemarin terus menggaungkan kampanye untuk mengurangi sampah plastik dan mendaur ulang. Selama pelaksanaan mereka memastikan venue tidak menjual air minuman kemasan plastik sekali pakai. Alternatifnya penonton bisa menggunakan botol yang bisa digunakan kembali atau bisa didaur ulang. Tak hanya itu, penjualan merchandise juga bebas plastik.
Panggung Ramah Lingkungan.
Panggung konser didesain sesuai dengan ketersediaan sumber daya lokal di lokasi. Hal ini untuk meminimalisir jejak karbon dan biaya pengangkutan. Selain itu, panggung dibuat kombinasi bahan ringan, rendah karbon, dan dapat digunakan kembali setelah tur selesai. Termasuk di dalamnya adalah bambu dan baja daur ulang.
Kapal Pembersih Sampah Neon Moon II.
Terakhir, Coldplay menyempurnakan konser ramah lingkungan di Indonesia, yakni dengan memberi kado terindah pada bumi Nusantara. Sebuah Kapal Neon Moon II pembersih sampah yang beroperasi di Sungai Cisadane, untuk mengurangi dampak buruk mikro plastik di lautan Indonesia.(ito)
Load more