"Mereka dibantai oleh KNIL. Mereka ditembaki hingga menjelang jam 12 siang. Westerling menggunakan mobil Jeep Willys yang tidak tertutup itu. Kami sudah kelaparan dan kehausan, anak-anak menangis dan berteriak. Pembantaian diistirahatkan" ujar Karim.
"Menjelang ashar penembakan akhirnya dihentikan. Sebelum gelap, para ibu dan anak-anak disuruh pulang. Kami menyusuri Jalan Datuk Ribandang, dan kami menyaksikan banyak warga tergeletak berlumuran darah, termasuk penjual arang dari Rappokalling dan penjual atap dari Nipah." kisah Abdul Karim.
Westerling dalam catatan sejarah, memimpin pasukan khusus Belanda Depot Speciale Troepen atau DST melakukan serangkaian pembantaian warga di Sulawesi Selatan, pada kurun waktu 11 Desember 1946 hingga 3 Maret 1947.
Pasukan Westerling tiba di Makassar, Sulawesi Selatan pada Kamis 5 Desember 1946. Pasukan dengan kekuatan 123 personel itu datang dengan membawa misi khusus untuk melakukan "penertiban keamanan".
Untuk meningkatkan efektivitas terornya di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, pembantaian pasukan Westerling didahului dengan kampanye perang urat saraf dan menyebarkan kisah tentang Westerling sebagai sesorang yang memiliki kekuatan magis.
"Disebarkanlah cerita bahwa sang Kapten punya ilmu kebal, juga punya ilmu yang memudahkannya mengetahui siapa yang ekstremis, siapa yang perampok, dan sebagainya." tulis Salim Said, dalam bukunya "Dari Gestapu ke Resformasi".
Load more