"Mulai nepotisme, korupsi dan penyalahgunaan kewenangan, hak sipil dan representasi perempuan di parlemen dan situasi perempuan pembela HAM. Kemiskinan, pengabaian atas kekerasan seksual dan kesehatan reproduksi. Ketidakadilan iklim politik, eksploitasi dan ketimpangan, diskriminasi perempuan sampai penyelesaian HAM masa lalu," papar Mahfud.
Ia menyebut, para aktivis perempuan itu berharap, semua itu bisa menjadi agenda siapapun presiden dan wakil presiden terpilih nanti.
Dalam kesempatan itu, aktivis Magda berpendapat, isu-isu perempuan itu belum tersentuh dalam debat capres maupun debat cawapres sejauh ini.
Karenanya, ia berharap, isu-isu seputar perempuan dapat menjadi perhatian bagi semua yang berkontestasi.
"Kami sangat berharap sampaian dari teman-teman kami di sini tentang isu dalam debat kelima nanti pastinya kami yakin sangat bersinggungan dengan perempuan. Setiap isu pasti terintegrasi dengan isu perempuan, kami berharap untuk siapapun nanti presidennya punya komitmen kepada isu perempuan," ujar Magda.
Masalah lain disampaikan oleh aktivis Migrant Care, Trisna, yang menyayangkan pekerja migran masih dimasukkan dalam dapil Jakarta setiap pemilu. Belum lagi soal banyaknya pekerja migran yang tidak tercatat sebagai DPT.
"Proses pemilihan umum memberi kesan kalau pekerja migran memang sengaja ditinggalkan. Penetapan DPT hanya 1,7 dari yang kita ambil angka moderat 3,6 juta pekerja migran, itupun belum dari pelajar atau sektor lainnya," kata Trisna.
Load more