Jakarta, tvonenews.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengirimkan buket bunga anggrek ungu untuk Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Secara normatif, bunga Anggrek melambangkan kebangsawanan seseorang, keagungan dan kehormatan. Dalam hal ini, Megawati adalah sosok yang punya tiga identitas mulia tersebut sehingga sangat layak mendapat bunga anggrek.
Tetapi pertanyaannya adalah, mengapa harus bunga anggrek dan mengapa harus berwarna ungu? Demikian disampaikan Analis politik yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Rajamuda Bataona.
Ia mengatakan karangan bunga ungu untuk megawati menarik untuk dicermati, sebab di tengah tensi politik yang sangat panas saat ini, bunga Anggrek Jokowi ini menjadi sangat simbolik.
Dengan pilihan bunga Anggrek berwarna Ungu, dan bukan bunga Mawar Merah, terbaca bahwa Jokowi sedang menggunakan simbolisme bunga untuk menyampaikan pesannya bahwa ia tidak lagi beridentitas merah.
"Jokowi lewat Bunga Anggrek berwarna Ungu itu, secara simbolik sedang menyatakan bahwa bukan lagi merah," Demikian tafsir Bataona, sebagaimana dikutip dari ANTARA, di Jakarta, Rabu (24/1/2024).
Bataona menegaskan bahwa Jokowi tidak lagi sejalan dengan Megawati dan PDIP karena simbol seperti bunga itu selalu memanggul ambivalensi dalam dirinya.
Simbol bunga, kata dia, bisa menyembunyikan suatu niat atau suatu pesan dengan cara menyatakannya.
Atau sebaliknya juga, bisa menyatakan niat tersebut dengan cara menyembunyikannya. Dalam hal ini, Jokowi sedang menyembunyikan identitas barunya di balik Bunga tersebut sambil menyatakan bahwa ia bukan lagi merah.
Ia tidak lagi beridentitas sama dengan Megawati yaitu Merah PDIP atau dengan kata lain, Jokowi secara tersirat mau mengatakan bahwa warna, spirit, dan daya magis Merah hanyalah masa lalu.
Warna merah yang telah menjadi identitas dan jati dirinya sejak tahun 2005 saat pertama kali ia direstui Megawati sehingga terpilih menjadi Wali Kota Solo.
"Lalu terus menjadi warna kebanggaannya sejak 2005 sampai 2012, bahkan hingga dari tahun 2012 sampai 2014 saat terpilih juga menjadi Gubernur DKI Jakarta atas restu Megawati, dan juga, dari 2014 hingga 2019 saat dengan identitas yang sama ia terpilih menjadi Presiden RI, dan berlanjut hingga saat ini di tahun 2024, tidak lagi dipandang Jokowi sebagai identitas dirinya," paparnya.
Bataona menilai Jokowi tidak lagi bersama PDIP dan Megawati karena warnanya sudah berubah dan simbolisme Jokowi itu diperkuat oleh tindakan politiknya secara riil.
"Di mana, tidak hanya lewat Bunga itu, tetapi di hari yang sama, saat mengirim bunga ke Megawati, Jokowi justru menggempur markas PDIP yaitu Jawa Tengah," tegasnya.
Jokowi melakukan kunjungan kerja di hari Ultah Megawati itu, mulai dari Salatiga, Magelang, Temanggung dan Wonosobo.
Bersama ibu Iriana Jokowi, di sana Jokowi membagi bansos dan sertifikat tanah untuk rakyat. Jelas terbaca bahwa mengirim bunga anggrek hanya normatif politis, karena perilaku politik sang Presiden jelas berseberangan dengan Megawati di hari itu.
"Ini artinya, Jokowi mau menggempur daerah yg diklaim sebagai markas Banteng PDIP," tutupnya. (ant/ito)
Load more