Yogyakarta, tvOnenews.com - Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD hadir dalam acara pementasan teater Indonesia Kita 'Musuh Bebuyutan' yang dipelopori oleh Butet Kartaredjasa, Agus Noor, dan Kayan Production di Taman Budaya Yogyakarta, pada Rabu (24/1/2024).
Berdasarkan pantauan tvOnenews.com di lokasi, Ganjar tampak mengenakan kemeja berwarna putih dan celana berwarna cokelat muda. Ganjar dan Mahfud datang secara terpisah. Mahfud hadir terlebih dahulu, sebelum acara dimulai.
Menurut Ganjar, acara ini bagus sebagai wadah seniman menyampaikan kritik sosial.
"Menurut saya inilah ekspresi para seniman memberikan catatan, kritik sosial," kata Ganjar usai menonton pertunjukan.
Ganjar mengaku senang bisa menonton langsung pertunjukan yang hampir batal diselenggarakan.
Lewat pertunjukan ini, dia berharap agar pihak-pihak terkait atau masyarakat tidak terbawa perasaan (baper) dengan apa yang dipertunjukkan oleh para seniman tersebut.
"Jadi kalau yang mendengarkan jangan baper, nikmati saja untuk kita bisa merasakan rasanya masyarakat," jelasnya.
Turut hadir dalam acara tersebut Direktur Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbudristek, Drama teaterikal yang disajikan sesekali membuat gelak tawa pasangan nomor urut tiga itu.
Diketahui, pementasan ke-42 ini diharapkan bisa menjawab kerinduan penggemar Indonesia Kita di Yogyakarta sekaligus menjawab keingintahuan dan rasa penasaran publik budaya di Yogyakarta akan pertunjukan 'Musuh Bebuyutan' yang mendapatkan pemberitaan cukup hangat pada akhir tahun 2023.
Menandai pertunjukan Indonesia Kita yang ke-42 ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia turut memberikan dukungannya terhadap lakon yang ditulis dan disutradarai oleh Agus Noor.
Selain Butet Kartaredjasa yang akan tampil di atas panggung, “Musuh Bebuyutan” dimeriahkan sejumlah aktor dan aktris seperti Inaya Wahid, Oppie Andaresta, Cak Lontong, Akbar, Susilo Nugroho, Marwoto, dan masih banyak lagi.
'Musuh Bebuyutan' mengisahkan hubungan seorang pemuda dan seorang perempuan yang bertetangga dan berteman baik. Namun sebuah peristiwa menjadikan keduanya berseteru dan berbeda pilihan politik.
Permusuhan keduanya merembet ke mana-mana, membuat situasi kampung menjadi penuh kasak kusuk.
Masyarakat menjadi terbelah sikap, ada yang mendukung si pemuda, dan ada juga yang mendukung si perempuan.
Ketegangan makin menjadi ketika keduanya sama-sama maju untuk merebutkan kursi anggota dewan.
Seperti halnya pertunjukan sebelumnya di Jakarta, Musuh Bebuyutan akan menampilkan setting kehidupan di sebuah perkampungan yang menggambarkan perseteruan-perseteruan di tingkat tapak yang diakibatkan oleh sebuah proses demokrasi.
“Setting ini menjadi pas untuk ditampilkan di Yogyakarta atau daerah-daerah lainnya, melihat semakin dekatnya kita dengan pesta demokrasi yang akan berlangsung sebulan lagi. Lakon ini merupakan cermin akan situasi yang nyata terjadi di kehidupan masyarakat. Hubungan bertetangga bisa menjadi runyam ketika para elit politik mulai saling serang di dalam kampanye-kampanyenya termasuk saat perdebatan di layar kaca," ungkap dia.
Kami mementaskan Musuh Bebuyutan ini untuk bisa merilekskan ketegangan yang terjadi dengan ciri khas Indonesia Kita selama ini yang dalam pementasannya penuh parodi, banyolan, dan celetukan-celetukan satir untuk menggugah tawa dan keakraban di antara penonton,” sambung Agus Noor.
Memboyong 'Musuh Bebuyutan' ke Yogyakarta, Butet Kartaredjasa berharap bisa membuat para pemain tampil total tanpa kekhawatiran seperti yang sempat dialami dalam pementasan di Jakarta.
“Indonesia Kita sudah mengalami pementasan yang melalui siklus pemilihan kepala negara selama beberapa putaran, dari sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun baru pementasan kemarin itulah, kami harus melalui proses perizinan yang tidak biasa," imbuh Butet Kartaredjasa.
Dengan memboyong 'Musuh Bebuyutan' di Yogyakarta, kata Butet, seluruh tim Indonesia berharap tidak lagi mengalami prosedur berbelit yang seolah-olah menghambat ekspresi kebudayaan masyarakat.(rpi/lkf)
Load more