“Jadi selama akar masalahnya tidak diselesaikan, ini akan berulang kembali dan peristiwa ini ironis. Ironisnya apa? Ketika keputusan pengelola universitas jadi cari pinjaman di tempat lain,” sindir dia.
“Apa sulitnya negara bilang, ‘Anda selesaikan kuliahnya, nanti setelah beres kuliahnya, kita selesaikan ini’,” sambung dia.
Terlebih, kata dia, ITB adalah salah satu universitas yang terkemuka di Indonesia. Bahkan, dari universitas ini telah menghasilkan dua orang presiden.
“Kewibawaan itu dijaga dengan membuat institusi menjadi eskalator sosial ekonomi. Jangan menjadi institusi penjajah ilmu yang menjual kepada orang yang mampu membeli. Itu yang sekarang terjadi, itu yang harus berubah,” tandas dia. (agr/nsi)
Load more