"Dimana devisa luar negeri Republik?" kata opsir Belanda membentak dengan todongan pistol.
"Ik kan U niet alles vertellen. Het is het geheim van de smid (Saya tidak dapat menceritakan kepada Anda. Itu semua rahasia tukang besi)," kata Margono.
Margono pun diinterogasi selama berjam-jam sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam sel Wirogunan. Margono-pun ditahan.
Singkat cerita Belanda akhirnya bisa mengetahui cara membuka brangkas Bank Negara tanpa bantuan Margono.
Dan pada suatu hari, Margono digiring ke luar sel dan dibawa ke Bank Negara.
Di situ Margono melihat Belanda merampok habis berkarung-karung ORI alias Oeang Repoeblik Indonesia bernilai jutaan rupiah, berkodi-kodi batik, barang perak dari Pasar Gede, perhiasan, gelang emas, semuanya milik para nasabah bank, berbungkah-bungkah emas dari tambang emas Cilotok.
Semua itu diangkut Belanda dengan sebuah truk, entah dibawa kemana.
Saking brutal aksi tersebut, Margono berkata: "en rampok partij in optima forma (pesta rampok yang terencana)."
Di Penghujung Desember 1948 Margono dibebaskan tapi dikenai tahanan kota. Baru pada pertengahan 1949 setelah Persetujuan Roem-Royen ditandatangani Margono bisa pindah ke Jakarta.
Maestro wartawan Indonesia Rosihan Anwar, di dalam bukunya Musim Berganti, Catatan Sejarah Indonesia 1925-1950, menulis, beberapa bulan kemudian Margono bergabung dengan delegasi Republik di Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Load more