Jakarta, tvOnenews.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di sebagian besar wilayah di Indonesia berpotensi berawan pada Selasa (27/2/2024).
Berdasarkan informasi prakiraan cuaca yang disampaikan BMKG melalui laman www.bmkg.go.id, cuaca berawan diprakirakan terjadi di sejumlah daerah, yakni Serang, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Pontianak.
Daerah lainnya yang cuacanya diprediksi berawan adalah Palangka Raya, Pangkalpinang, Tanjung Pinang, Lampung, Pekanbaru, Medan, Banjarmasin, Mataram, Kendari, dan Jayapura.
Sementara, BMKG memprakirakan cuaca cerah berawan di sejumlah daerah, yakni di Bengkulu, Surabaya, Padang, Gorontalo, Palu, Manado, Ambon, Sofifi, dan Manokwari. Adapun cuaca di wilayah Banda Aceh berpotensi cerah.
Selain itu, hujan dengan intensitas ringan diprakirakan terjadi di wilayah Jambi, Palembang, Mamuju, dan Makassar. Sementara hujan disertai dengan petir diprediksi terjadi di Denpasar hari ini. Cuaca di Kupang diprakirakan berawan tebal. BMKG memprediksi cuaca di Samarinda dan Tanjung Selor diliputi kabut.
Sebelumnya, BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem selama periode pancaroba (peralihan musim) yang diprakirakan berlangsung pada bulan Maret hingga April 2024.
"Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG, didapati saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim pada bulan Maret hingga April.
Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.
Kondisi itu terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.
Karakteristik hujan pada periode ini cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif, seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.
Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat/angin kencang di wilayah Indonesia.
Fenomena tersebut yaitu pertama aktivitas Monsun Ssia yang masih dominan. Kedua, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia bagian timur) yang diprediksi akan memasuki wilayah Pesisir Barat Indonesia pada beberapa pekan ke depan.
Selanjutnya adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian selatan, tengah, dan timur. Keempat, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia bagian tengah dan selatan.(ant/lkf)
Load more