Kasat Reskrim Polresta Sidoarjo AKP Oscar Stefanus Setja menyebutkan bahwa 25 tersangka itu masih anak-anak. "Para tersangka ini statusnya adalah anak yang berkonflik dengan hukum (ABH), karena usianya di bawah 17 tahun semuanya," terang AKP Oscar, Rabu (10/11/2021).
Dalam penjelasan Oscar, peristiwa itu terjadi pada Senin (11/10/2021) malam sekira pukul 22.00 WIB.
MZ dan empat santri lainnya dianiaya seniornya. Empat lainnya yang adalah FV (15), AN (14), KS (15), dan RD (15), mereka mengalami luka akibat dikeroyok kakak seniornya.
Lima santri itu pun harus mendapat perawatan di RSUD Sidoarjo. Sementara nyawa MZ tak tertolong.
Airul Harahap (13) warga Desa Muara Killis, Kecamatan Tengah Ilir yang merupakan seorang santri di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Tebo, Jambi ditemukan meninggal dunia secara tak wajar, pasalnya terdapat luka di sekujur tubuh korban.
Atas peristiwa ini, keluarga mengaku tidak mendapatkan informasi dari pihak pondok pesantren kalau anaknya meninggal dunia. Bahkan, pihak keluarga mendapat informasi anaknya itu meninggal dari tetangga pada Rabu (15/11/2023).
Orang tua merasa janggal atas kematiannya putranya, pasalnya sebelum dikabarkan meninggal, korban sempat berkomunikasi dengan ibunya dan meminta agar esok hari menghadiri pertemuan di pondok pesantren.
Selepas Magrib pihak keluarga mendapat informasi dari tetangganya kalau korban sudah dikafani oleh pihak ponpes tanpa sepengetahuan dari keluarga.
Sementara, berdasarkan surat keterangan kematian hasil pemeriksaan Klinik Rawat Inap Rimbo Medical Center pada Selasa (14/11/2023), tim medis menyatakan korban meninggal dunia akibat kecelakaan (tersengat listrik).
Dari hasil pemeriksaan medis, keluarga merasa tidak puas dan akhirnya membawa korban ke Rumah Rakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Thaha Saifuddin (STS) Tebo untuk dilakukan visum luar.
Di sini juga ada kejanggalan, hasil pemeriksaan medis di Klinik Rimbo bisa langsung disimpulkan. Sedangkan hasil visum di Rumah Sakit Tebo sampai saat ini kita masih menunggu apa kesimpulannya, sebenarnya apa yang terjadi dengan anak saya," sesalnya.
Atas peristiwa ini, pihak keluarga berencana akan menuntut pihak pondok pesantren yang dinilai tidak kooperatif dan tidak beritikad baik. "Pokoknya saya tidak terima, dan saya akan tuntut," tutup ayah korban.
Memilukan nasib seorang santri berinisial MHK (15) di salah satu pondok pesantren, Kabupaten Lamongan, Jawa timur. Pasalnya santri tersebut tewas dengan penuh luka. Santri yang merupakan warga Desa Sedayu Lawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan itu tewas pada hari Jumat (26/8/2023).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, tewasnya seorang santri diketahui saat keluarga mengetahui informasi dari pihak sekolah. Di mana diberitahu bahwa santri yang merupakan korban dirawat di rumah sakit.
Namun setelah didatangi, keluarga kaget, karena saat mendapati korban sudah tidak bernyawa. Keluarga korban pun kemudian tidak terima dan membawa jenazah korban ke rumah sakit untuk di Autopsi.
"Kami menerima sudah dalam kondisi meninggal, harus di autopsi tapi pihak keluarga tidak mau, akhirnya dilakukan ct scan, tubuh penuh luka," ujar Dokter Spesialis Ahli Forensik, Juli Purwa Ningrum di RSUD Soegiri Lamongan.
Sementara itu, atas kematian tidak wajar santri di salah satu pondok pesantren di Lamongan, Kasie Humas Polres Lamongan, Ipda Anton Krisbiantoro mengatakan, pihak kepolisian masih melakukan pendalaman serta melakukan penyelidikan terkait peristiwa tersebut.
Tak hanya itu, dia juga katakan, saat ini polisi juga masih menunggu virtual autopsi dari pihak rumah sakit untuk mengetahui penyebab pasti tewasnya korban.
(ito)
Load more