Jakarta, tvOnenews.com - Implementasi teknologi nyamuk wolbachia merupakan salah satu cara untuk menghambat perkembangan virus dengue penyebab kasus demam berdarah. Nyamuk wolbachia menghambat perkembangan virus dengue di tubuh nyamuk aedes aegypti.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan metode penanggulangan dengue menggunakan nyamuk ber-Wolbachia mulai bergulir di lima kota besar di Pulau Jawa.
"Sudah mulai dilakukan di Bandung, di Bontang, Kupang, Jakarta, satu lagi di Semarang," kata Budi Gunadi Sadikin di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (28/4/2024).
Ia mengatakan Universitas Gajah Mada, Yayasan Tahija dan Monesh University bekerja sama melakukan inovasi program penanggulangan dengue berteknologi nyamuk ber-Wolbachia selama kurang lebih 10 tahun.
Wolbachia adalah bakteri alami, simbion yang umum ditemukan di hewan arthropoda, dengan mekanisme menghambat replikasi virus dengue yang diperankan oleh Wolbachia.
Hasil penelitian tersebut mampu menurunkan 77 persen incidence rate (IR) dengue dan mengurangi risiko perawatan di rumah sakit sebesar 86 persen.
Atas pertimbangan itu, Kemenkes mengadopsi teknologi Wolbachia dengan menerbitkan Kepmenkes Nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Teknologi Wolbachia di lima kota.
"Kita lakukan itu karena contohnya di Yogyakarta turun jauh. Dengue secara total naik di dunia karena pengaruh iklim," ujarnya.
Dikatakan Budi Yogyakarta sebagai lokasi perdana penerapan nyamuk ber-Wolbachia saat ini menjadi satu-satunya kota yang turun sejak Wolbachia diluncurkan.
Terkait penolakan implementasi Wolbachia di sejumlah daerah, Budi menyebut masyarakat tersebut merupakan kelompok yang sama dengan mereka yang menolak vaksin COVID-19 saat pandemi.
"Nah, ini juga teman-teman bantu didik masyarakat. Karena banyak sekali hoaks yang beredar ini buruk, ini apa, tapi kalau dilihat itu adalah kelompok yang sama yang bilang vaksin jangan dilakukan untuk COVID-19," katanya kepada wartawan. (ant/ebs)
Load more