“Khususnya pada wilayah-wilayah strategis, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara,” kata Ahsan.
Dengan demikian, Ahsan menyebut peluang Gerindra untuk melanjutkan kemenangan di Pilpres selanjutnya lebih terbuka. Bahkan ketika nanti Prabowo tak lagi maju sebagai capres, dia menyebut Gerindra tetap bisa menjadi poros utama penentu bangunan koalisi di Pilpres 2029.
Lebih lanjut, dia menjelaskan alasan Prabowo dan Gerindra harus melakukan langkah politik strategis. Menurut Ahsan, pemerintahan Prabowo berpotensi menghadapi tantangan politik berlapis yang bisa berdampak pada masa depan Partai Gerindra.
“Kemenangan Prabowo kali ini tak bisa dikatakan diraih secara absolut. Pasalnya, total kursi parpol koalisi pendukungnya justru minoritas di parlemen,” tuturnya.
“Total Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat diproyeksikan meraup 280 kursi. Lebih sedikit dibanding total perolehan gabungan parpol pendukung Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin yang sebanyak 300 kursi,” tambah Ahsan.
Dia menjelaskan hal itu membuat posisi Prabowo menjadi kurang strategis. Ahsan menyebut pemerintahan Prabowo sangat berpeluang disandera parpol oposisi lewat parlemen, seperti yang pernah terjadi pada dua tahun awal masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
Load more