Jakarta, tvOnenews.com - Co-captain Timnas Anies-Muhaimin (AMIN), Sudirman Said, membandingkan cara-cara yang dilakukan pada Pemilu 2024 dengan Pemilu 1971.
Hal itu disampaikan Sudirman Said dalam acara bedah buku berjudul ‘NU, PNI, dan Kekerasan Pemilu 1971’. Dalam diskusi itu, hadir juga Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Awalnya, Sudirman Said menceritakan pengalamannya soal kekerasan hingga intimidasi yang dilakukan rezim Orde Baru kala Pemilu 1971. Ia lantas menyampaikan beberapa perbandingan mengenai perbedaan kondisi perekonomian Indonesia saat itu.
"Angka buta huruf masih sangat tinggi. Jadi waktu itu kira-kira pemerintah yang baru selesai mengambil alih dari Orde Lama yang memang mewarisi situasi ekonomi yang sangat berat kira-kira sedang berbenah,” jelas Sudirman Said saat diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).
“Karena itu memang melakukan konsolidasi besar-besaran, gila-gilaan yang tadi dikatakan impact-nya ternyata sama pada 20 tahun ke depan 1998 bisa urai kemudian terjadi perubahan mendasar," tambah dia.
Dia lantas menyebut cara berpikir dan bertindak yang dilakukan rezim Orde Baru saat itu ternyata sama dengan pemerintahan saat ini. Sudirman menyebut cara yang dilakukan saat ini lebih kuno.
"Yang saya mau sampaikan di sini adalah ada satu pondasi berpikir dan bertindak berbeda tapi melakukan hal-hal yang sama bahkan lebih primitif dari pada yang dikerjakan pada tahun 70an," jelas Sudirman.
Lebih lanjut, dia menyinggung agar semua pihak kembali kepada aspek moralitas dan berjalan normal.
"Seluruh perubahan besar pemerintahan pak Jokowi adalah sejarah dari 1908, 1928, 1945, 1965 sampai dengan reformasi 1998 seluruh kejadian desakannya adalah desakan karena kita ingin kembali kepada kenormalan kita ingin kembali kepada moral," pungkasnya. (saa/rpi)
Load more