Jakarta, tvOnenews.com - Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) DKI Jakarta Sofiani Chandrawati Anwar memberi kabar buruk soal takjil mengandung bahan berbahaya.
Dia mengaku menemukan sampel takjil mengandung bahan berbahaya dalam rangkaian pengawasan menjelang Lebaran 2024 atau Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.
"Ditemukan bahan pangan berbahaya atau tidak memenuhi syarat (TMS) di sentra takjil Bendungan Hilir, Pasar Santa, Mayestik hingga Johar Baru," kata Sofiani Chandrawati Anwar dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (3/4/2024).
Tercatat total sampel yang diambil sebanyak 141 sampel di tujuh pasar pada rentang waktu 20 Maret hingga 1 April 2024.
Adapun ditemukan delapan dari total sampel, yakni mengandung bahan pangan berbahaya dalam jajanan takjil seperti kue basah, mi kuning dan pacar cina.
Lokasi pertama, yakni di Bendungan Hilir (Benhil) dengan ditemukan satu kue cente manis TMS mengandung Rhodamin dari 28 sampel.
Sedangkan di Johar Baru ditemukan satu sampel mi kuning TMS mengandung formalin dari 20 sampel.
Kemudian, di Pasar Senen semua makanan memenuhi syarat (MS) dari 14 sampel dan di Jalan Bugis ditemukan satu pacar cina TMS yang mengandung Rhodamin B dari 34 sampel.
Selanjutnya, di Pasar Santa ditemukan empat makanan TMS, yakni tahu dan mi kuning mengandung formalin serta pacar cina mengandung Rhodamin dari total 20 sampel.
Di Mayestik ditemukan satu tahu putih TMS dari total 25 sampel. Sedangkan di Pasar Rawamangun semua makanan memenuhi syarat dari 23 sampel.
Penemuan bahan pangan berbahaya dalam jajanan takjil itu lalu diambil untuk dimusnahkan.
"Untuk produk-produk makanan berbahaya tersebut langsung diturunkan dari etalasenya agar dimusnahkan dan kepada penjualnya diberikan pembinaan," tegas dia.
Masyarakat diingatkan agar menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi.
Makanan bahan berbahaya bisa diamati melalui ciri-ciri seperti bentuk fisik, misalnya mi basah yang diberi formalin biasanya mengkilat serta akan tahan dan tidak busuk selama berhari-hari.
Selain itu, untuk memilih produk obat dan makanan jangan lupa cek kemasan, label, izin edar dan kedaluarsa (KLIK).
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melaporkan ada sebesar 1,1 persen dari total 8.600 sampel takjil di sejumlah daerah mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan.
Hal itu disampaikan BPOM dalam konferensi pers "Pengawasan Rutin Pangan selama Ramadhan" di Jakarta, Senin (17/4/2023).
"Kami memperluas cakupan pengawasan makanan dan minuman takjil. Hasilnya temuan takjil turun 7,3 persen dari periode yang sama pada tahun lalu," kata Kepala BPOM RI Penny K Lukito.
Dari sekitar 8.600 sampel takjil yang diperiksa, lanjut dia, sebesar 1,1 persen yang mengandung bahan berbahaya, seperti formalin, pada tahun ini.
Terhadap barang bukti pangan berbahaya bagi kesehatan itu, kata Penny, dilakukan penyitaan untuk proses pemusnahan.
Menurut Penny, penurunan temuan kasus itu dipengaruhi pemahaman masyarakat yang lebih selektif terhadap pangan berbahaya di pasaran.
"Karena itu intensitas komunikasi dan edukasi terus dikembangkan bersama pihak pemda, tokoh masyarakat, dan edukasi kepada masyarakat bagaimana memilih produk yang baik," katanya.
Dalam kegiatan itu Penny juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai kandungan bahan baku garam, gula, dan lemak berlebih, yang berisiko memicu penyakit serius di kemudian hari.
"Hati-hati dengan kandungan gula, garam, dan lemak, karena bisa jadi bahaya. Aspek gula dan lemak tidak bisa dirasakan langsung, kalau karena bakteri bisa dirasakan langsung di pencernaan," ujarnya.
Sementara penyakit yang dipicu gula, garam, dan lemak, lanjut dia, berpotensi memicu diabetes, jantung, kanker, dan ginjal, di kemudian hari.
50 warga Jember diduga keracunan massal karena makan takjil
Sebagai informasi tambahan, puluhan warga di Kabupaten Jember, Jawa Timur dilaporkan diduga keracunan massal akibat makanan takjil, pada Minggu (31/3/2024).
Seluruh korban yang diduga keracunan itu kemudian dibawa ke unit gawat darurat (UGD) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Mayang, untuk mendapatkan perawatan medis.
"Keluhan mereka rata-rata sakit perut, mual, muntah, dan diare setelah 2 hingga 3 jam makan takjil yang dibagi-bagikan di jalan," kata Kepala Puskesmas Mayang Hamid Dwi Supriyanto di puskesmas setempat, Senin (1/4/2024).
Korban yang diduga keracunan makanan takjil tersebut terus berdatangan, sehingga pihak puskesmas segera melakukan penanganan terhadap warga yang mengeluhkan sakit.
"Semua sudah ditangani oleh perawat di Puskesmas Mayang, sehingga sebagian korban yang dinyatakan kondisinya membaik diperbolehkan pulang ke rumahnya," ungkapnya.
Adapun, jumlah korban keracunan yang mengeluhkan mual, muntah dan diare lebih dari 50 orang.
Namun semuanya sudah dapat teratasi oleh petugas medis di Puskesmas Mayang, sehingga tidak perlu dirujuk ke rumah sakit.
"Alhamdulillah, semua sudah tertangani, namun ada yang masih dirawat di puskesmas dan ada yang sudah pulang, karena kondisinya membaik," imbuh dia.
Jumlah kamar rawat inap yang terbatas di Puskesmas Mayang menyebabkan sebagian pasien yang diduga keracunan tersebut harus dirawat di ruang aula dengan beralaskan karpet dan tikar saja.
Korban keracunan makanan takjil tersebut tidak hanya warga di Kecamatan Mayang, namun ada yang dari Kecamatan Kalisat dan Pakusari, karena kebetulan melintas di lokasi bagi-bagi takjil di Kecamatan Mayang tersebut.
Saat ini untuk memastikan penyebab keracunan tersebut, petugas akan mengambil sampel makanan takjil dan diperiksa di laboratorium.
Sementara itu, Kepala Desa Mayang Ely Febriyanto menceritakan warganya kala itu melakukan bakti sosial dengan membagi-bagikan takjil di tepi jalan secara gratis.
"Makanan takjil yang dimasak sendiri itu dibagi-bagikan kepada warga sekitar dan warga yang melintas di jalan raya Desa Mayang, namun pada malam harinya banyak warga yang mengeluh sakit perut dan muntah-muntah," tutur Hamid.(ant/lkf)
Load more