Jakarta, tvOnenews.com - Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menduduki peringkat 51 dan masuk jajaran 51-100 dalam Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings by Subject 2024.
"Bagi FIB, pencapaian ini menjadi pemicu sekaligus pembelajaran agar prodi lain bisa masuk kategori yang sama," kata Setiadi dikutip pada Kamis (18/4/2024).
Prof Setiadi menyampaikan, Prodi Antropologi UGM memang pantas masuk dalam peringkat tersebut karena sangat produktif dalam publikasi hingga riset-riset kolaboratif di level internasional.
Bahkan dia menilai, jurusan Antropologi UGM memiliki tradisi ilmiah yang sangat membanggakan karena mutu riset-risetnya yang telah dipublikasi dan berkolaborasi dengan beberapa negara.
Selain itu, kerja sama pertukaran dosen dan mahasiswa yang sering dilakukan juga turut mendorong kualitas Prodi Antropologi UGM.
"Pengiriman mahasiswa S1, S2, dan S3, untuk riset budaya lain di Eropa dan Asia menjadi keunggulan tersendiri di prodi ini," ujar Prof Setiadi menambahkan.
Dekan menyadari, keberhasilan Prodi Antropologi menempati jajaran 100 besar dunia tidak lepas dari keunggulan penilaian dari sisi akademik, publikasi, jumlah sitasi, impact hingga kualitas lulusan yang dihasilkan.
Menurutnya, dukungan yang diberikan Fakultas Ilmu Budaya UGM dalam ketersediaan dana riset, membuka peluang kerja sama, serta memfasilitasi pengembangan SDM untuk studi lanjut sangat mendukung prodi ini semakin maju dan bertaraf internasional.
"Apalagi kita di FIB sudah memiliki kebijakan untuk menetapkan dosen wajib lulus S3 dan rekrutmen dosen baru juga wajib sudah harus bergelar doktor," tambahnya.
Dilihat dari sisi SDM, Setiadi menyebut bahwa saat ini Prodi Antropologi memiliki lima orang guru besar, 11 orang dosen bergelar doktor, dan empat dosen tengah menempuh pendidikan S3.
"Diharapkan awal tahun 2025, 100 persen dosen Antropologi sudah berlatar belakang doktor semua," katanya.
Terkait dengan upaya mendorong publikasi riset, Setiadi mengungkapkan bahwa FIB UGM dalam lima tahun terakhir rutin menggelontorkan dana hibah penelitian untuk semua dosen.
Bahkan untuk saat ini, kata dia, fokus hibah penelitian diprioritaskan pada pendanaan penelitian kolaboratif internasional, nasional, dan antar-universitas.
"Kami selalu mendorong dosen mengambil hibah penelitian internasional dengan mengalokasikan anggaran lebih besar. Hibah ini bebas diambil oleh semua dosen FIB. Harapannya publikasi internasional kita semakin bertambah," ujar Setiadi. (ant/rpi)
Load more