Salah satu suratnya kepada J.H Abendanon berbunyi, "Tahukah Anda apa yang ada di pikiran perempuan Jawa? Mereka hidup hanya untuk menikah. Tidak peduli menjadi istri ke berapa”.
J.H Abendanon-lah yang kemudian mengumpulkan surat-surat Kartini yang sarat akan nilai-nilai emansipasi, perjuangan dan perlawanan terhadap penjajahan dalam sebuah buku yang judulnya diterjemahkan dalam bahasa Melayu, yaitu Habis Gelap Terbitlah Terang.
Buku tersebut diterbitkan tujuh tahun setelah Kartini meninggal di usia 25 tahun pada 17 September 1904 usai melahirkan anak pertamanya—Soesalit Djojohadhiningrat.
Hari Kartini pun ditetapkan sebagai hari penting dalam sejarah Indonesia pada masa Presiden Soekarno yang kala itu mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 tanggal 2 Mei 1964.
Keputusan tersebut sekaligus menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. (ant/nsi)
Load more