Jakarta, tvOnenews.com - Maraknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di bagian Jawa Barat (Jabar), membuat banyak pasien yang terjangkit penyakit tersebut alami meninggal dunia.
Salah satu wilayah Jabar yang menyebabkan ratusan pasien terkena kasus DBD berada di Kabupaten Cianjur.
Bahkan angka kasus DBD yang ada di Kabupaten Cianjur masuk ke dalam peringkat ke-13 sebagai kasus tertinggi di Jabar.
Hal ini membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur, Jabar menggelar sebuah program bernama Jumat Cari dan Musnahkan Jentil (Jumat Cantik) sebagai bentuk perhatian serius terhadap maraknya kasus DBD di daerah sana.
Selama tiga bulan terakhir terhitung dari periode April 2024 ini, Bupati Cianjur Herman Suherman menginformasikan bahwa Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur berhasil menyembuhkan sebanyak 600 kasus DBD.
Beruntungnya kebanyakan pasien yang ditangani Dinkes Cianjur sembuh dari penyakit DBD yang dialami mereka sebagai penekanan serius dari Pemkab. Namun, sayangnya sebanyak enam orang harus meninggal dunia.
"Seiring tingginya kasus DBD di Cianjur, kami minta Dinkes Cianjur untuk menggencarkan program Jumat Cantik di sejumlah wilayah guna menekan angka kasus DBD," jelas Herman di Cianjur, Minggu (21/4/2024).
Tentu saja, bagi Herman program yang dibuatkan dirinya bersama Pemkab memiliki tujuan untuk selalu menekankan agar kasus DBD semakin kecil atau dimusnahkan.
Meskipun hal tersebut membutuhkan proses yang panjang, karena penyakit demam berdarah disebabkan dari Nyamuk Aedes Aegypti yang dianggap sangat berbahaya.
Karena itu pemusnahan terhadap sarang atau tempat yang berpotensi sebagai tempat persinggahan nyamuk tersebut harus terus dilakukan.
Sebab, ia menilai kalau pengasapan atau fogging tidak terlalu berpengaruh, meskipun salah satu upaya penekanan yang efektif dalam memusnahkan Nyamuk Aedes Aegypti.
Pembersihan rumah dan lingkungan yang berpotensi menjadi sarangnya, melakukan sosialisasi betapa bahayanya penyakit DBD hingga mengingatkan desa yang dianggap rawan berpotensi kasus bertambah terus diupayakan pihaknya.
Upaya tersebut dengan cara pembelian alat fogging sendiri memiliki fungsi untuk langsung melakukan penindakan pemusnahan, apabila kasus DBD kembali meninggi.
"Untuk desa yang kasus DBD tinggi, kami sudah minta membeli alat fogging sendiri, sehingga saat terjadi kasus dapat langsung dilakukan penanganan cepat termasuk pengasapan tanpa harus menunggu," ucapnya.
Kepala Dinkes Cianjur dr Yusman Faisal berpendapat dari program Jumat Cantik yang dibuat pemerintah setempat sebagai bentuk mengembalikan budaya bersih secara merata yang tersebar di seluruh wilayah Cianjur.
"Nanti kegiatan ini akan di evaluasi dan dimonitor setiap Puskesmas, sehingga budaya bersih yang dilakukan setiap satu pekan sekali pada hari Jumat, dapat meningkat di seluruh desa dan perkampungan di Cianjur," pungkasnya.
Terutama terhadap siswa-siswi sekolah yang harus diberikan edukasi bahayanya penyakit yang disebabkan dari Nyamuk Aedes Aegypti.
Ia meminta seluruh kepala sekolah di wilayah Cianjur mengajak para muridnya melakukan kegiatan program Jumat Cantik di setiap hari Jumat. Supaya menanamkan kebiasaan dalam hidup bersih serta menjaga kebersihan lingkungan.
Banyak yang belum mengetahui, pada Maret 2024 lalu di Kota Bandung, ditemukan adanya varian penyakit DBD yang baru. Lebih parahnya lagi, ciri-ciri varian baru tersebut terutama pada gejalanya tidak dapat dirasakan.
Varian baru dianggap sangat berbahaya ketimbang gejala pada umumnya. Bagi warga yang tidak tahu bahwa mereka telah terjangkit penyakit DBD menjadi kekhawatiran serius bagi Pemprov Jabar, terutama Pemkot Bandung terhadap warganya yang sudah terkena kasus penyakit yang dihasilkan dari Nyamuk Aedes Aegypti.
Salah satu gejala yang dihasilkan dari varian baru, bintik merah yang biasanya sebagai pusat kulit alami rasa sakit tidak terlihat dan tidak dirasa sama sekali.
Kemudian ada gejala demam yang sangat lama dari perhitungan selama dua hari pada gejala umumnya sebagai tanda-tanda terkena varian baru DBD. (ant/hap)
Load more