Menurut dia, candaan tersebut sebagian memberi dampak negatif terhadap umat Islam karena merasa tersinggung.
"KPI berharap agar masyarakat tetap tenang terkait video ceramah GL tersebut, karena sudah diserahkan dan dipercayakan penanganan kasusnya kepada Kepolisian Republik Indonesia dalam hal ini Polda Metro Jaya untuk ditindaklanjuti," tukasnya.
Adapun laporan itu dilayangkan Ketua KPI DKI Jakarta Sapto Wibowo Sutanto dengan Nomor LP/B/2110/IV/2024/SPKT/POLDA METRO JAYA.
Sebelumnya, kasus Pendeta Gilbert Lumoindong belum tuntas meski ia terang-terangan minta maaf seusai ceramahnya viral di media sosial, diduga menyinggung umat Islam.
Polda Metro Jaya membenarkan bahwa pihaknya menerima kasus Pendeta Gilbert atas laporan dugaan penistaan agama.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam mengatakan laporan tersebut diterima, Selasa (16/4/2024).
"Benar, laporan diterima tanggal 16 April 2024 tentang dugaan penistaan agama," kata Ade Ary, Rabu (17/4/2024).
Menurut dia, kasus dugaan penistaan agama yang menyeret Pendeta Gilbert ditangani langsung Subdit Kamneg Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
"Ditangani Subdit Kamneg," jelasnya.
Sosok pendeta Gilbert Lumoindong tengah jadi sorotan usai video ceramahnya yang bikin gaduh media sosial.
Kegaduhan ini karena Gilbert diduga menyinggung keyakinan umat Islam.
Kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Pendeta Gilbert, berawal ceramhanya yang diduga menyingung zakat umat Muslim sebanyak 2,5 persen.
“Gue 10 persen!” ujar Gilbert yang dilihat melalui ungghan akun Instagram @daulatrakyat.official Selasa, 16 April 2024.
Selain itu, Pendeta Gilbert juga menyinggung persoalan wudhu yang dilakukan umat Muslim sebelum melaksanakan salat.
Menurutnya, pelaksanaan salat amat sulit dibanding ibadah dalam keyakinannya.
Tak hanya menyinggung soal wudhu, Pendeta Gilbert juga menyebut gerakan salat yang dilakukan umat muslim membuat lelah.
Berbeda dengan ibadah yang dijalankan umat Kristiani yang tak menguras banyak tenaga lantaran hanya berdiri bernyanyi dan bertepuk tangan.
Atas dugaan penistaan agama tersebut memantik sorotan dan kecaman publik, hingga pendeta Gilbert Lumoindong pun menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas ceramahnya.
Dia tak manafikan ceramahnya memantik kegaduhan terkait salat dan zakat dalam Islam.
Permohonan maaf juga ia sampaikan langsung ke Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla alias JK di kediamannya daerah Darmawangsa, Jakarta Selatan pada Senin (15/4/2024).
Pendeta Gilbert sengaja menemui JK untuk mengklarifikasi videonya yang viral.
"Saya didatangi dan berjumpa dengan Pendeta Gilbert dan juga teman-temannya. Saya ditemani oleh Profesor Kamaruddin dan Profesor Imam, Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI). Tadi kami dijelaskan oleh Pak Pendeta tentang video yang beredar, yang menimbulkan tentu banyak pihak terkejut,” kata JK.
Atas video yang memantik kegaduhan publik, Pendeta Gilbert berdalih tak ada niatan untuk mengolok-olok atau menghina umat Islam.
"Pertama-tama, dengan segala kerendahan hati saya meminta maaf karena kegaduhan yang ada, karena sebetulnya kita lagi sibuk setelah Pilpres, mau menyambut Pilkada, dan baru saja merayakan Idul Fitri, hari raya yang baik. Dan umat Kristen baru saja merayakan kebangkitan Kristus menyambut kenaikan ke sorga, saya pikir ini suasana yang seharusnya baik,” jelas Gilbert.
“Sekali lagi, saya meminta maaf atas segala kegaduhan. Beberapa catatan yang perlu saya garis bawahi yang pertama pasti tidak ada niat saya untuk mengolok-olok apalagi menghina, sama sekali tidak," tambahnya.
Lebih lanjut Gilbert mengungkapkan jika kegaduhan yang terjadi saat ini, karena masyarakat merespons videonya dengan sudut pandang yang berbeda.
Dia juga menduga ada yang mengedit video itu hingga menimbulkan kegaduhan.
"Penjelasan yang lengkap sebetulnya itu sebagai auto kritik umat kristiani, di mana saya bilang bahwa ibadahnya orang muslim misalnya cukup setengah mati. Kenapa setengah mati? Karena berat, sehari lima kali," tutur Gilbert.
"Kita orang Kristen seminggu sekali, udah itu seminggu sekalinya juga duduknya santai-santai. Kalau ini (muslim) ada gaya-gayanya, gerakannya yang tidak boleh salah,” ujarnya.
Pendeta Gilbert minta maaf
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai tak ada maksud Pendeta Gilbert Lumoindong yang menistakan agama Islam dalam ceramahnya.
Pemuka agama Kristen, Gilbert Lumoindong sebelumnya viral karena diduga menyinggung umat Islam dalam ceramahnya. Potongan video tersebut pun ramai dibicarakan di media sosial.
Ketua PBNU Fahrur Rozi mengatakan bahwa Pendeta Gilbert Lumoindong telah menjelaskan isi video viral tersebut.
"Dia (Gilbert Lumoindong) sudah minta maaf dan menjelaskan kepada umat Islam bahwa dia tidak bermaksud menistakan ajaran agama Islam," kata Fahrur Rozi di Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Dia menuturkan isi ceramah Pendeta Gilbert bisa saja mengarah terhadap gurauan di internal. Ada dugaan video viral tersebut sudah disunting.
"Mungkin dia hanyalah bercanda dengan jemaah mereka secara intern, tapi diedit dan bocor ke mana-mana," tambahnya.
Gus Fahrur, sapaan akrabnya, mengimbau ajaran agama sebaiknya tak dijadikan bahan candaan.
Menurutnya, pernyataan Pendeta Gilbert harus disampaikan lebih hati-hati agar tidak menyinggung agama lain.
"Kami umat Islam diajarkan untuk mudah memberikan maaf dan mempu menahan emosi. Mari kita jaga harmoni kerukunan umat beragama di Indonesia," kata dia.
Pendeta Gilbert minta maaf
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerima kehadiran Pendeta Gilbert Lumoindong dalam rangka klarifikasi atas kegaduhan dari isi ceramahnya yang viral di media sosial.
Pendeta Gilbert yang hadir atas inisiatifnya sendiri, bercerita kronologi dan isi lengkap ceramahnya.
Dia menyatakan tidak ada niat untuk menghina ajaran Islam, apalagi untuk menciptakan perpecahan.
Pendeta Gilbert datang ke MUI untuk meminta maaf kepada umat Islam dan umat beragama, atas tindakannya yang kurang berkenan dan menyinggung perasaan umat Islam dan umat beragama.
Respons MUI soal Pendeta Gilbert
Ketua MUI KH Cholil Nafis mengatakan, pengurus MUI mengambil kesimpulan kegaduhan juga makin meruncing akibat adanya khutbah yang dipenggal-penggal dalam edit-edit.
Sehingga, makna penyampaian dapat berpotensi terjadinya kesalahpahaman di masyarakat.
"Kami sebagai umat beragama tentu menerima permohonan maafnya. Kami semua memaafkan seraya kami meminta agar kejadian ini menjadi pelajaran baginya dan bagi kita semua," ungkap KH Cholil Nafis, Selasa (16/4/2024).
Menurutnya, saat khutbah atau ceramah tak perlu membandingkan keyakinan dan ritual agama lain, apalagi merendahkan demi menjaga terjadinya kesalahpahaman.
"Ke depan mari kita rajut keutuhan, persaudaraan dan persatuan antar umat beragama serta saling menghormati keyakinan masing-masing kita demi menjaga kerukunan," sambung KH Cholil Nafis.(lgn)
Load more