Jakarta, tvOnenews.com - Fakta kasus pelecehan seksual secara verbal khususnya terhadap perempuan berkedok tawaran kerja di LinkedIn viral di media sosial.
Kejadian ini sunggguh biadab karena calon pekerja ini niat hati ingin mendapat pekerjaan baru, justru dilecehkan sampai diancam oleh oknum HR bernama Robi Chandra yang hanya mementingkan nafsu bejatnya.
Robi mengaku sebagai bagian HR dari anak perusahaan Pertamina, Elnusa dan menawarkan pekerjaan sebagai sekretaris di LinkedIn.
Robi sebagai HR telah melakukan aksi pelecehan seksual dengan modus pencari kerja di LinkedIn ini sejak 2022.
Diduga korbannya sudah ada lebih dari 15 orang perempuan dengan berbagai modus.
Salah satu korbannya ini berinisial DF (25). Awalnya korban dihubungi pelaku melalui "direct message" LinkedIn.
Pelaku mengiming-imingi pekerjaan di perusahaan besar, yakni anak perusahaan Pertamina, Elnusa, pada 1 April 2024.
Pelaku pelecehan seksual itu lalu meminta agar percakapan keduanya berlanjut di WhatsApp. Saat itulah Robi mulai melakukan aksi bejatnya terhadap korban.
DF mulai curiga saat pindah di WhatsApp karena pelaku langsung menanyai sesuatu yang cukup aneh kepada kandidat pencari kerja.
"Dia nanya, dari tiga kriteria ini menurut Mbak, Mbak yang mana? Seksi, pintar, dan cantik?" kata DF menceritakan ulang pesan dari pelaku, saat ditemui tim tvOnenews.com di Jakarta, Minggu (28/4/2024).
Kemudian, pelaku tiba-tiba menilai DF adalah sosok wanita yang cantik, padahal foto di LinkedIn-nya hanya bergaya profesional dan belum mengirimkan foto apapun ke HR tersebut.
Dia semakin bingung usai pelaku langsung menawarkan gaji yang sangat tinggi, terlebih sebenarnya belum memiliki pengalaman di posisi sekretaris.
"Saya di situ langsung stop tuh awalnya. Terus dia menawarkan salary yang sangat tinggi, 10-15 juta," kata DF.
Berlanjut, pelaku menanyakan ukuran payudara DF dan menanyakan keasliannya.
Pelaku semakin berani dengan meminta foto DF dengan hanya menggunakan bra yang beralasan untuk pembanding dengan kandidat lain.
Korban sontak terkejut langsung meminta agar proses rekrutmen dihentikan.
"Aku bilang, Pak Maaf ya ini pembahasannya sudah sensitif banget. Aku nggak bisa lanjut," tegas DF.
Meski sudah ditolak korban, Robi Chandra tetap memaksa DF dan menerornya di LinkedIn ataupun WhatsApp sampai memberi ancaman mengerikan.
Jika DF memutuskan mundur dari proses rekrutmen, maka pelaku akan menyebarkan namanya ke seluruh HR agar di-blacklist dari semua pekerjaan.
DF langsung membalas akan melaporkan pelaku kepada kakaknya. Hal ini yang mendorong si pelaku meminta maaf dan berjanji tak akan mengganggu lagi.
Selain itu, perempuan berusia 25 tahun ini mengaku trauma atas kasus pelecehan seksual secara verbal tersebut.
"Sebenarnya, aku jadi takut kemana-mana," kata DF.
Tak hanya itu, sejak kasusnya viral di LinkedIn, dia banyak dihubungi oleh kenalan-kenalannya. Semua orang bertanya-tanya akan kondisinya setelah kasus pelecehan seksual yang menimpanya viral.
DF mengaku malu karena menjadi salah satu korban pelecehan seksual secara verbal.
"Sebenarnya aku jadi korban malu, karena termasuk pelecehan seksual, walaupun hanya sebatas verbal," terang DF.
Oknum HR bernama Robi Chandra sebagai pelaku pelecehan seksual di LinkedIn. Foto: Istimewa.
Apalagi, setelah viral dirinya tidak hanya mendapat tekanan dari kasus pelecehan seksual yang menimpanya karena banyak komentar baik positif dan negatif yang datang kepadanya.
Komentar positif tentu membantu DF untuk bisa tetap tegar. Namun, tak sedikit pula komentar negatif yang membuat dirinya merasa semakin disalahkan.
Di sisi lain, banyak komentar juga yang menyalahkan dirinya karena meladeni pelaku, meski dia sama sekali tidak mengirimkan foto vulgar atau mengiyakan hal tak pantas yang diminta pelaku.
Oleh karenanya, DF juga sempat melakukan konsultasi ke psikiater untuk menenangkan diri buntut kasus pelecehan seksual secara verbal tersebut berkedok tawaran kerja di LinkedIn.
DF awalnya tidak berniat memviralkan pesan dari pelaku. Namun, ternyata dirinya menemukan ada kejadian mirip yang dialami.
Pada 22 April 2024, ada seorang perempuan lain berinsial A di LinkedIn yang mengungkapkan kejadian pelecehan mirip dialaminya.
Setelah dikonfirmasi, ternyata pelaku yang melecehkan keduanya adalah orang yang sama.
Setelah itu, DF kemudian memutuskan untuk memviralkan pesan yang didapatkan dari pelaku. Sontak korban-korban lain mulai bermunculan dan diketahui pelaku sudah beraksi sejak 2022.
Dari situ, diketahui bahwa pelaku sebenarnya bukan seorang HR, melainkan pihak yang memang membuka jasa review CV.
Namun, pelaku membawa nama anak perusahaan Pertamina, Elnusa. Tentunya, nama perusahaan yang dibawa itu menjadi jelek akibat ulah pelaku.
Para korban saat ini belum merencanakan membawa pelaku ke pihak berwajib.
DF mengungkapkan sedang banyak berkonsultasi dengan pengacara mengenai langkah hukum.
Pihak Elnusa sudah memberikan klarifikasi mengenai kasus pelecehan seksual di LinkedIn.
Manager of Corporate Communications Elnusa, Jayanty Octavia Maulina menegaskan Robi Chandra bukanlah orang yang bertugas dalam proses rekrutmen.
"Yang bersangkutan saat ini telah dibebastugaskan dan menjalani proses investigasi untuk pemberian sanksi lebih lanjut sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku," kata Jayanty.
Dirinya juga tidak mengetahui perihal rekrutmen yang dilakukan oleh pelaku pelecehan seksual itu.
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan menilai aksi oknum HRD yang viral seusai lakukan kekerasan seksual terhadap pencari kerja di LinkedIn sebagai aksi eksploitasi seksual.
"Ini sebuah modus operandi. Pertama ini dilakukan dalam durasi panjang. Kedua, korban bingung bagaimana bisa melaporkan pelaku sementara fotonya beredar, bisa saja korban takut dikenakan UU ITE sebagai pelaku pornografi," kata Komisioner Komnas Perempuan Periode 2020-2024, Theresia Iswarini.
Menurutnya, pelaku mengambil kesempatan ini untuk terus menjebak korban, memaksa korban untuk memenuhi ancamannya.
"Bisa jadi korban diminta untuk memberikan sejumlah uang, kita tidak tahu. Bisa jadi korban diancam terus-menerus bahkan sampai ke keluarganya segala macam. Nah ruang eksploitasi seksual inilah yang kemungkinan terjadi," ungkapnya.
Komisioner Komnas Perempuan Periode 2020-2024, Theresia Iswarini. Foto: Dok Pribadi.
Theresia curiga ada user lain, selain pelaku dalam modus operandi tersebut.
"Bayangkan ini sebuah mafia yang menggunakan satu ruang relasi kuasa pencari kerja dan pemberi kerja. Kedua pelaku menggunakan sistem online yang masih rentan karena enggak ada perlindungan yang cukup kuat," tambahnya.
Dia menamabahkan polisi juga harus menyelidiki lebih jauh terkait kasus viral tersebut.
"Kita jangan hanya menerima permintaan maaf pelaku tanpa memproses lebih jauh, karena jelas-jelas sudah ada korban apalagi kalau banyak," katanya.
Theresia kembali menekankan polisi harus menindaklanjuti kasus pelecehan seksual terhadap pencari kerja di LinkedIn.
"Mengingat bahwa bisa jadi, karena dia dalam jangka waktu lama (2022). Yang harus dilihat adalah dari sisi korban, apakah ada kerugian lainnya, selain tubuhnya yang dieksploitasi secara seksual, atau juga ada pemerasan ataupun ancaman-ancaman lainnya yang menggangu korban dan keluarganya," katanya.
Baginya, ketika kasus ini viral, polisi bisa langsung melihat fenomena ini sebagai sebuah kejahatan dan bisa diproses.
"Tetapi kalau korban perempuan besedia membuat laporan secara resmi ke polisi, itu mungkin akan mempercepat kerja polisi, karena seringkali polisi bedalih tidak ada laporan," pungkas dia.
Pelaku sempat menghilang sejak 22 April 2024, lalu muncul kembali pada 29 April 2024.
Pelaku, bernama Robi Chandra di dalam unggahan akun Instagram miliknya @chandra_aa22, mengakui semua perbuatan yang dilakukan termasuk chat mesum di LinkedIn.
"Saya bernama Robi Chandra ingin mengakui semua perbuatan yang telah saya lakukan. Saya sangat menyesal dan memohon maaf dan ampun, taubat kepada Allah SWT atas perbuatan tidak terpuji saya ini," kata Robi.
Kini pesan permintaan maaf itu sudah hilang dan pelaku diduga mengganti nama akun Instagram miliknya.(lkf)
Load more