Jakarta, tvOnenews.com - Sadira, sopir bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok yang kecelakaan di daerah Ciater, Subang, Jawa Barat menjelaskan kronologi kejadian mengerikan tersebut.
Tiba di Bandung, rombongan lalu menginap di daerah Cihampelas. Saat itu, kata Sadira, kondisi bus masih normal.
Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Tangkuban Perahu.
"Nah, di Tangkuban Perahu, saya sudah terasa tuh di atas," kata kata Sadira, diwawancarai tvOne, Minggu (12/5/2024).
Sadira merasakan rem bus mengalami masalah hingga dirinya memanggil montir terdekat untuk melakukan perbaikan.
"Dikirimkan montir agar stabil kembali. Nah, dari situ ya kita kembali turun untuk mengarah ke Depok. Kan udah disetel kan sama montir, ya aman," ujar Sadira.
Kecelakaan maut bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Jawa Barat. (Foto: Kolase Tim tvOnenews)
Rombongan selanjutnya mampir ke sebuah rumah makan yang terletak di daerah Ciater.
Saat itu Sadira kembali memeriksa rem sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Depok.
Ketika melanjutkan perjalanan, Sadira merasakan rem bus tidak berfungsi.
"Saya baru terasa, kok ini angin habis? Ternyata begitu masuk gigi itu sudah nggak bisa karena posisi rem masih diinjak, mau masuk gigi itu udah nggak bisa. Saya lihat anginnya habis," ungkap dia.
Sadiran pun menyadari bahwa busnya bakal mengalami kecelakaan, karena rem tidak berfungsi atau blong.
Dia kemudian meminta seluruh penumpang untuk berpegangan.
"Saya inisiatif untuk mencari tempat yang turunan, bukan bahu jalan, tapi jalan penyelamat. Ternyata tidak ada," kata dia.
Dalam situasi genting, Sadira pun memilih untuk menabrakkan busnya ke tiang listrik di bahu jalan.
Hal itu dilakukan, kata Sadira, agar bus tidak terus melaju turun dan bisa menabrak banyak kendaraan lain.
Namun, nahas, Sadira tidak tahu bahwa ada pengendara motor di bagian kanan bus.
"Jadi, terpaksa sebelum mobil lewat, saya buang ke kanan, ternyata di kanan ada motor satu, karena saya lihat ada tiang listrik. Kalau tidak ada tiang listrik itu mobil masih jalan terus," kata dia.
Perisitiwa itu membuat bus terbalik yang mengakibatkan sebelas penumpang tewas.
Suasana Detik-detik Kecelakaan, Penumpang Bertakbir
Viral video diduga suasana dalam bus pariwisata rombongan SMK Lingga Kencana Depok saat kecelakaan di daerah Ciater, Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5).
Berdasarkan video yang diunggah akun @depokterkini di Instagram, tampak seorang laki-laki diduga siswa SMK tersebut tengah live streaming di aku media sosialnya.
Beberapa saat kemudian, remaja berkaos hitam itu tampak panik diduga, karena bus yang ditumpangi berjalan oleng.
Kepanikan itu diiringi teriakan takbir oleh beberapaa penumpang lainnya. "Allahu Akbar, Allahu Akbar," teriak penumpang lainnya dalam video tersebut.
Kemudian, video itu tampak macet diduga saat kecelakaan terjadi atau bus terguling. Lalu timbul suara goncangan dan teriakan dari para penumpang dalam bus.
Selanjutnya, remaja laki-laki itu mengambil handphonenya yang jatuh dan menginformasikan dirinya mengalami kecelakaan.
"Sumpah guys, gua kecelakaan, gua kecelakaan. Sebentar ya guys ya, kecelakaan, remnya blong," ujar remaja itu.
Status Uji Berkala Bus Kedaluwarsa
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mengungkap bahwa bus yang kecelakaan tersebut tidak memiliki izin berdasarkan catatan di aplikasi Mitra Darat.
Selain itu, status uji berkala Bus Trans Putera Fajar itu juga telah kedaluwarsa sejak Desember 2023 lalu.
"Dan status lulus uji berkala telah kadaluwarsa sejak 6 Desember 2023," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Aznal.
Tidak Ada Jejak Rem
Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Pol Aan Suhanan mengatakan, lokasi kecelakaan bus itu pun adalah blackspot atau sering terjadi kecelakaan.
"Lokasi ini adalah blackspot, sering terjadi kecelakaan di sini," kata Aan di lokasi olah TKP, Ciater, Subang, Jawa Barat.
Berdasarkan hasil olah TKP pihak kepolisian, tidak ditemukan jejak rem dari lokasi bus itu terguling.
Dugaan kecelakaan disebabkan rem blong pun semakin menguat, karena petugas tak menemukan jejak rem bus tersebut.
Kendati demikian, saat ini pihak kepolisian masih mencoba mengumpulkan fakta baik dari TKP dan keterangan saksi. (dpi)
Load more