"Kasus-kasus teror dengan hanya bermodalkan pisau atau korek api," ungkapnya.
Posisi perempuan dan anak dalam keterlibatan terorisme juga menjadi perhatian penting karena seharusnya aksi terorisme justru dapat dicegah dengan hadirnya peran perempuan, terutama ibu yang dapat menjadi garda terdepan penanaman nilai-nilai toleransi dan keharmonisan.
"Kita menemukan anak-anak yang terlibat terorisme telah didoktrin sejak kecil. Terorisme ini gak ujug-ujug terjadi, tapi bertahap dari intoleransi dan radikal. Untuk itu peran ibu, peran keluarga sangat penting dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi, pemahaman kebangsaan dan keharmonisan dalam keluarga," tutur dia.
Adapun, selain dua tantangan tersebut terdapat juga empat tantangan lainnya yaitu terkait residivis terorisme, dinamika kekerasan di Papua, penggunaan teknologi dan pendanaan.(lkf)
Load more