China, tvOnenews.com - Ramai-ramai warga negara Indonesia (WNI) banding-bandingkan kereta cepat pertama Indonesia Whoosh saat jajal kerete Cepat China.
Percobaan itu dengan rute Qiqihar-Harbin. Perjalanan itu dimulai dari Kota Qiqihar menuju Kota Harbin dengan jarak antara keduanya yakni 322 kilometer.
Kedua kota terletak di provinsi yang sama yakni Provinsi Heliongjiang di bagian utara China.
Perjalanan menggunakan kendaraan seperti mobil pribadi maupun bus dapat memakan waktu selama kurang lebih empat jam.
Sementara, perjalanan dengan menggunakan kereta cepat China Railway menjanjikan waktu tempuh yang lebih singkat --satu jam 30 menit.
Sejumlah warga negara Indonesia dengan rute perjalanan yang sama tampak antusias menjajal kereta pendahulu KCIC itu.
Tak jarang, mereka sesekali menghentikan langkah menuju gerbong kereta untuk mengabadikan bagian luar kereta.
Salah satunya adalah Widianto (37 tahun), pria asal Bogor, Jawa Barat. Ia sebelumnya pernah melakukan perjalanan dengan kereta Whoosh di Indonesia.
Menurut pengakuannya, yang menarik perhatiannya adalah kemiripan dalam lokasi penempatan stasiun.
“Baik di Jakarta, Qiqihar, maupun Harbin, semua stasiunnya terletak cukup jauh dari pusat kota. Mungkin sekitar 40 menit (waktu tempuh),” ujarnya.
Secara keseluruhan, pengalaman Widianto saat menaiki kedua kereta, baik Whoosh maupun China Railway (CRH), cukup serupa.
Sedikit perbedaan terasa di interior yang memiliki nuansa warna berbeda dan perbedaan usia yang cukup terlihat dari tampilan berbagai panelnya.
Interior kereta Whoosh didominasi dengan nuansa kayu dan warna merah, sementara kereta China Railway cenderung bernuansa pucat dengan palet warna coklat dan abu-abu.
Konfigurasi tempat duduk juga cukup berbeda. CRH disusun 3-2, sementara Whoosh dengan pengaturan duduk sebagian besar 3-3.
Ada pula perbedaan dalam kecepatan maksimum yang ditempuh. Whoosh dapat bergerak dengan kecepatan tertinggi sekitar 350 km per jam, sementara kereta cepat China dengan rute Qiqihar-Harbin hanya dipacu hingga kecepatan maksimal 250 km per jam.
“Memang kereta cepat China, menurut saya, terasa agak lebih lambat dibandingkan dengan pengalaman saat naik Whoosh,” ujar salah seorang penumpang lain, Tisa (36 tahun) asal Jakarta.
Ia juga sempat menyebut ruang kaki atau ‘leg space’ yang terasa sedikit lebih terbatas. “Seingat saya, di Whoosh itu lebih lega,” katanya, menambahkan.
Tampilan layar informasi di setiap gerbong, dengan tulisan berjalan berwarna merah yang menampilkan suhu cuaca, tanggal dan hari, serta kecepatan kereta melaju, mungkin menjadi salah satu kesamaan yang membuat kedua kereta terasa seperti ‘kakak beradik’.
Pengalaman menjajal kereta cepat dengan jarak yang lebih jauh, membuat para warga negara Indonesia tersebut berharap agar kelak rute KCIC Whoosh dapat diperluas dan menjangkau berbagai daerah lain.
Seperti yang dikatakan oleh Sagita (28 tahun), asal Depok, usai turun dari gerbong kereta cepat China.
“Mungkin kalau ada rute lain, seperti Jakarta-Surabaya atau Jakarta-Semarang, Yogjakarta, itu bagus sekali karena bisa sangat memotong waktu perjalanan,” katanya. (ant/aag)
Load more