Jakarta, tvOnenews.com - Peringati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, 22 Mei 2024, Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bersama Business for Nature dan APRIL Group menggelar dialog bisnis.
Dialog tersebut bertajuk 'Mempercepat Aksi Bisnis untuk Mencapai Ekonomi yang Positif bagi Alam untuk Semua pada Tahun 2030'.
Dipadu pembawa berita, Yohana Margaretha, kegiatan ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan dari berbagai sektor untuk mendorong perubahan sistemik melalui kolaborasi dan berbagi praktik terbaik.
Selain untuk meningkatkan kesadaran sektor bisnis terkait isu keanekaragaman hayati, dalam acara ini juga dilakukan peluncuran Indonesia Business and Biodiversity Platform (IBBP).
Sehingga diharapkan dapat menjadi wadah sektor bisnis dan organisasi terkait untuk saling berbagi pengetahuan dan wawasan aksi-aksi untuk alam serta mendorong kolaborasi antar sektor.
Peluncuran platform ini disaksikan oleh perwakilan dari sektor pemerintah, Badiah selaku Kasubdit Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Selanjutnya perwakilan dari sektor bisnis, Shinta Widjaja Kamdani selaku Honorary Trustee IBCSD dan CEO Sintesa Group.
Anggota Dewan Eksekutif IBCSD sekaligus Head of Communications, Public Affairs, Science and Sustainability Bayer Indonesia, Laksmi Prasvita mengatakan sebagai asosiasi bisnis yang mendorong bisnis berkelanjutan, IBCSD berkomitmen untuk mendorong aksi bisnis menuju nature positive economy atau ekonomi yang positif terhadap alam.
"Pentingnya bisnis untuk semakin mengakui pentingnya aspek alam dalam pengambilan keputusan, mulai dari operasi, rantai nilai, dan investasi," ungkap Laksmi dalam siaran tertulis pada Kamis (23/5/2024).
Sementara itu, CEO Business for Nature, Eva Zabey menyampaikan seluruh negara di dunia telah menyadari pentingnya mengatasi isu krisis keanekaragaman hayati.
Hal tersebut dibuktikannya dalam UN Biodiversity Conference (COP 15) atau Konferensi Keanekaragaman Hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa di Montreal, Kanada pada tahun 2022.
Para petinggi dunia dalam konferensi tersebut berkomitmen untuk mengadopsi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global.
Selain itu, mengajak semua pihak untuk secara kolektif menghentikan dan membalikkan kehilangan alam sebelum tahun 2030.
"Ini merupakan misi yang disebut sebagai nature positive atau alam yang positif," ungkap Eva Zabey.
Sebagai pembicara utama dalam acara ini dari sektor pemerintah, yakni Dr. Badiah, S.Si, M.Si.
Melalui paparannya, Badiah menggarisbawahi bahwa Indonesia dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat melimpah, perlu mengedepankan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam pemanfaatannya.
Tujuannya agar tidak terjadi kerusakan atau degradasi populasi sesuai dengan peraturan perundangan.
"Sehingga perlu adanya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, terutama dalam pengembangan mekanisme pendanaan berkelanjutan, bioprospeksi, hingga penggunaan teknologi terbaru dalam upaya konservasi," jelasnya.
Selaras dengan itu, pembicara utama dari sektor bisnis, Shinta Widjaja Kamdani menekankan bahwa risiko kehilangan alam dan keanekaragaman hayati bagi perekonomian global.
"Berdasarkan penelitian dari PwC tahun 2020, nilai kerugian dari dampak buruk kerusakan lingkungan mencapai USD 8.2 triliun per tahun sampai 2050," kata Shinta.
Shinta juga menjelaskan ada 4 langkah aksi bisnis tingkat tinggi yang didorong oleh koalisi dan asosiasi bisnis tingkat global, yang dapat menjadi pembelajaran oleh pelaku bisnis di Indonesia, yakni A-C-T-D (Asses, Commit, Transform, Disclose).
Acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang dimoderatori oleh pembawa acara.
Panel ini menghadirkan narasumber dari berbagai sektor, seperti Anggi Pertiwi Putri selaku Perencana Direktorat Lingkungan Hidup Bappenas, Pallavi Kavita selaku Asia Lead of Business for Nature.
Selanjutnya, Indah Budiani selaku Direktur Eksekutif IBCSD, dan Ahfi Wahyu Hidayat selaku Spesialis Konservasi Hutan dan Perubahan Iklim TFCA Kalimantan Yayasan KEHATI.
Setiap narasumber membagikan wawasan mereka tentang bagaimana bisnis dapat berkontribusi untuk menghentikan dan membalikkan kerusakan alam.
Dialog ini diperkaya dengan adanya informasi terbaru mengenai Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia dari perwakilan Bappenas.
Kemudian, panduan bagi bisnis untuk menghentikan dan membalikkan kehilangan alam, peran bisnis dalam aksi keanekaragaman hayati dari Business for Nature, dan pelajaran yang dapat dipetik dari melibatkan bisnis dalam upaya keanekaragaman hayati dari IBCSD dan Yayasan KEHATI.
Acara diakhiri dengan ajakan untuk mengambil tindakan nyata, dengan menekankan bahwa upaya kolaborasi sangat penting untuk mencapai ekonomi yang positif bagi alam untuk semua pada tahun 2030. (raa)
Load more