Jakarta, tvOnenews.com - Nama sutradara Anggy Umbara kian melejit seiring suksesnya film Vina: Sebelum 7 Hari yang viral.
Bagaimana tidak, film Vina sukses ditonton 5 juta orang lebih di bioskop dalam 2 minggu sejak dirilis pada 8 Mei 2024.
Kejanggalan hingga fakta-fakta baru mulai menjadi perhatian masyarakat dan aparat penegak hukum berkat film tersebut.
Namun, ada banyak kontroversi terkait penayangan film bergenre drama horor tersebut.
Kendati demikian, Anggy Umbara tak mau ambil pusing ketika film Vina dianggap kontroversial.
Sebab, menurutnya ada banyak hal baik yang dirasa dapat dipetik dari filmnya tersebut.
"Saya percaya akan lebih banyak kebaikannya, ibunya berpikir bahwa dengan dibuatnya film ini akan semakin banyak mendoakan almarhumah Vina," kata Anggy Umbara di YouTube RJL 5, dikutip Jumat (24/5/2024).
"Pertama alasannya kasus ini sangat unik dan banyak pelajaran yang bisa diambil. Dan yang kedua penting, untuk pelajaran bagi masyarakat, aparat kepolisian dan pemerintah, dan untuk almarhumah Vina sendiri," imbuhnya.
Salah satu kontroversi film Vina adalah dianggap terlalu mengeksploitasi sisi-sisi sadis hingga femisida.
Misalnya saja adegan kekerasan terhadap perempuan hingga pemerkosaan yang memicu trauma ditampilkan secara jelas.
Terkait hal tersebut, Anggy tak menampik bahwa selain ingin mengangkat kasus Vina yang terlupakan, memang ada sisi komersial yang memang disasarnya.
"Semua kebaikan ada kompensasi, dari sisi finansial maupun bisnis pun sangat baik dan sangat bagus untuk keluarganya, untuk perfilman Indonesia, untuk PH," ujar Anggy.
"Kita nggak memungkiri bahwa film yang tayang di bioskop adalah sebuah platform atau presentasi audio visual yang sifatnya komersial," tambahnya.
Meski demikian, Anggy memberi penegasan lagi bahwa tak selamanya film itu mengedepankan sisi komersial.
Kembali pada alasan utama sebelumnya, Anggy mengaku ingin mengangkat kisah Vina karena kasusnya menarik dan perlu ditegakkan.
"Tapi di dalam komersil itu juga mempunyai banyak sisi, ada pesan yang disampaikan, ada hiburannya, ada emotional attachment," ujar Anggy.
"Maksud saya film itu nggak satu dimensi, nggak cuma pure cuan doang. Film itu bisa mengubah perspektif orang, bisa menjadi alat propaganda, banyak sisinya jadi kita nggak boleh kerdil menilai bahwa film itu soal cuan doang, film itu memberikan inspirasi dan pelajaran," tegasnya. (rpi)
Load more