Dalam beberapa kejadian, katanya, bapak-bapak mau berhenti merokok kalau yang meminta anak atau cucunya.
Selain itu, katanya, memasukkan kurikulum tentang bahaya merokok di sekolah dan perguruan tinggi.
Sebagai contoh, katanya, sebagai bagian dari tri dharma perguruan tinggi, mahasiswa diminta membuat penelitian tentang merokok.
Dia menambahkan cara lain berupa perluasan layanan untuk berhenti merokok.
Menurut dia, sudah banyak pelayanan untuk berhenti merokok di klinik, namun masih kurang digaungkan sehingga perlu dipromosikan lebih banyak.
Tjandra mencontohkan membuat kontes kecil-kecilan di mana siswa atau mahasiswa mengunggah anjuran berhenti merokok ke media sosialnya, dan unggahan dengan like terbanyak mendapat hadiah berupa uang saku.
"Nah, di media sosial ini jadi penting juga, jadi penting bukan hanya untuk menjelaskan bahaya merokok, tapi juga untuk melawan kegiatan pemasaran. Karena sekarang, tadi sudah disebut juga bahwa industri merokok itu menggunakan berbagai platform digital untuk mengiklankan," katanya.
Load more