Lebih lanjut, Mahfud justru merasa kasus yang terjadi pada Vina dan Eky ini adalah lebih dari unprofesional, yaitu permainan.
"Nah saya cenderung ini lebih dari unprofessional, ada permainan. Lah kenapa? Dia dulu dia dihadirkan delapan karena katanya yang tiga sudah lari, delapansudah dihukum penjara. Kalau ndak salah ada yang dihukum seumur hidup ya, hukumannya panjang-panjang," lanjutnya.
Mahfud menyinggung soal perubahan data yang mulanya ada tiga DPO namun saat viral.kembali DPO dikatakan ada dua orang.
Bahkan polisi berhasil menangkao satu DPI yang disebut sebagai pelaku utana bernama Pegi atau Perong.
"Lalu yang ketiga ini dilupakan sampai delapan tahun, muncul lagi dan muncul di film baru orang kaget lagi, lalu dibuka lagi."
"Konyolnya lagi padahal dulu resmi di dalam berita acara, resmi di dalam rilis yang diumumkan itu bahwa buron tiga orang. Sekarang sudah mulai ketahuan ada dua masalah, satu Pegi ditangkap, sementara mulai muncul kesaksian bahwa orangnya bukan itu dan Peginya sendiri mengaku ndak tahu Pegi yang sekarang ditangkap. Apakah Pegi ini namanya yang sekarang ada? Apakah ini namanya sekedar kambing hitam," tanya Mahfud.
"Lalu kedua, dua orang yang buron ini kok sekarang dibilang salah sebut. Mana ada orang udah menyelidiki lama kok salah sebut, salah sebut. Sehingga itu dianggap gak ada, hanya Pegi, Pegi itu pun diragukan. Nah, ini carut marut hukum," sambungnya.
Setelah penuh keheranan yang dirasakannya, Mahfud meminta agar Presiden Terpilih yaitu Prabowo Subianto dapat menyelesaikan kasus ini setelah dilantik.
"Saya kira kalau Pak Prabowo menyelesaikan masalah-masalah gini gak akan merugikan masalah politik dia. Posisi ekonomi pun tidak."
"Ini kriminal, jahat di pengadilan-pengadilan yang sekarang melibatkan pejabat-pejabat yang tidak tinggi-tinggi amat yang punya kepentingan politik, kepentingan bisnis. Ini tingkat polisinya yang ndak bener, kejahatan," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, kasus pemerkosaan dan pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon pada 2016 silam sampai kini masih menyita perhatian publik karena belum juga menunjukkan titik akhir.
Load more