Jakarta, tvOnenews.com - Usai kabar pemadaman listrik di Sumatera mencuat, kini kabar menggilanya angka impor listrik RI dari negara tetangga, yakni Malaysia.
Bahkan, Kementerian ESDM mencatat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, Indonesia rupanya telah mengimpor listrik dari negara tetangga, yakni Malaysia dan angkanya tidak kecil.
Kemudian, berdasarkan data dari Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023, yang dirilis Kementerian ESDM 7 Juni 2024, impor listrik RI dari negeri Jiran pada 2023 tercatat telah mencapai 892,91 Giga Watt hour (GWh).
Bahkan, angka tersebut mengalami kenaikan 11,98% dari realisasi 2022 yang tercatat sebesar 797,38 GWh.
Namun, apabila dibandingkan beberapa tahun belakang, impor listrik RI dari Malaysia sejatinya telah menurun.
Akantetapi, pada periode 2017-2020, impor listrik RI dari Malaysia tercatat berada di atas 1.000 GWh.
Kemudian, bila dibandingkan dengan angka impor pada 2013, impor listrik dari Malaysia pada 2023 ini tercatat melonjak drastis 27.289%.
Pada 2013, jumlah impor listrik RI dari Malaysia tercatat "hanya" 3,03 GWh.
Mengingat beberapa waktu lalu, Kementerian ESDM menjelaskan bahwa impor listrik dari Malaysia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kalimantan Barat.
Adapun, pasokan listrik tersebut berasal dari perusahaan listrik Malaysia yaitu Sarawak Electricity Supply Corporation (SESCO), anak usaha Sarawak Energy Berhad.
SESCO mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sehingga harga listrik jauh lebih murah, dibandingkan suplai dari area Kalimantan Barat yang masih menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis High Speed Diesel (HSD).
Kemudian, bila dilihat dari rincian data impor listrik RI dari Malaysia selama 10 tahun terakhir ini, sebagai berikut:
2013: 3,03 GWh
2014: 8,99 GWh
2015: 12,75 GWh
2016: 692,70 GWh
2017: 1.119,47 GWh
2018: 1.495,89 GWh
2019: 1.683,12 GWh
2020: 1.553,00 GWh
2021: 972,73 GWh
2022: 797,38 GWh
2023: 892,91 GWh. (aag)
Load more