"Dia ikut deradikalisasi, tapi ber-taqiyyah atau bersiasat. Dia pura-pura kembali ke pangkuan NKRI supaya tidak dianggap radikal lagi, padahal pemahamannya masih tetap radikal," kata Fazri.
Menurut Fazri, ada saja napiter yang bersikap seperti AAR ketika ikut program deradikalisasi. Sebagai contoh di JAD, kelompok teroris di Indonesia yang terafiliasi Negara Islam Irak-Suriah (ISIS), Fazri menyebut ditemukan sosok napiter yang seperti itu. "Mereka belum move on dari pemahaman radikalnya," ujarnya.
Lebih lanjut, Fazri mendorong pelibatan aktif eks-eks napiter yang benar-benar sudah bertobat dalam setiap program deradikalisasi. Menurut dia, eks-eks napiter yang sudah bertobat tersebut bisa menjadi teman diskusi yang tepat bagi para napiter.
"Para napiter itu bisa dengan mudah dirangkul sebab mereka akan merasa punya teman. Lalu mereka bisa berbicara dari hati ke hati karena memang sudah ada chemistry. Dengan demikian, pemahaman yang keliru bisa diluruskan," ucap Fazri.
Seperti diketahui, tim Densus 88 menangkap AAR di rumah kontrakannya, di daerah Karawang, Jawa Barat, pada Sabtu, 15 Juni 2024. AAR yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bubur sumsum diduga memiliki keterkaitan dengan kelompok teroris ISIS.
Dengan keahliannya merakit bahan peledak, AAR diduga telah menyusun rencana aksi bom di Tanah Air. Adapun sebelumnya AAR pernah ditangkap di kasus serupa sebanyak dua kali, yakni pada 2011 dan 2018. (ebs)
Load more