Jakarta, tvOnenews.com - Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Indonesia Muhammad Herindra melakukan kunjungan bilateral ke Turki untuk bertemu dengan Wamenhan Turki Bilal Durdali dan sejumlah CEO industri pertahanan Turki pada Kamis (4/7/2024).
“Ada banyak peluang untuk memperluas kerja sama pertahanan bilateral kedua negara, khususnya dalam membangun rasa saling percaya, meningkatkan kapasitas angkatan bersenjata, dan mengembangkan sektor industri pertahanan di masa depan,” kata Herindra usai pertemuan bilateral dengan Durlali di Ankara, Sabtu (6/7/2024).
Kunjungan ini merupakan bagian dari penguatan kemitraan strategis Indonesia-Turki di bidang kerja sama pertahanan dan industri pertahanan.
Dalam kesempatan tersebut, Herindra dan Durlali mengukuhkan komitmen bersama yang telah dijalin para menhan kedua negara untuk bekerja sama erat membangun kemitraan strategis dan berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas dunia.
"Turki adalah mitra yang tepat dalam pengembangan industri pertahanan bagi Indonesia. Selain merupakan mitra terpercaya Indonesia di forum multilateral dan isu krusial saat ini, Turki merupakan satu dari sedikit negara yang bersedia berpartner dengan Indonesia dalam mekanisme transfer of technology untuk industri pertahanan,” kata Duta Besar RI untuk Turki Achmad Rizal Purnama.
Achmad RIzal mengatakan kebutuhan yang bersifat jangka panjang membuat kerja sama pertahanan Indonesia-Turki diproyeksikan untuk dapat dituangkan dalam dokumen strategis Grand Design Long Term Strategic Partnership on Defense Industries yang akan menjadi deliverables pada pertemuan tingkat kepala negara kedua negara di masa mendatang.
Selama berkunjung di Ankara,Wamenhan Herindra juga bertemu dengan kalangan industri strategis Turki yaitu FNSS dan Turkish Aerospace Industries (TUSAS).
FNSS merupakan produsen kendaraan tempur lapis baja yang telah memiliki kerja sama produksi (joint production) Tank Harimau dengan PT Pindad sementara TUSAS merupakan perusahaan BUMN Turki yang bergerak di bidang kedirgantaraan dan pengembangan satelit.
Kerja sama pertahanan dan industri pertahanan merupakan sektor prioritas dalam hubungan bilateral RI-Turki -selain perdagangan, energi, konstruksi, dan kesehatan yang tertuang dalam prioritas 1 + 4.
Memanfaatkan perkembangan teknologi Turki, selain kerja sama PT Pindad dengan FNSS dalam joint production untuk pengadaan 18 unit Medium Weight Tank ”Harimau”, kerja sama lainnya yakni kerja sama PT DI dan TUSAS dalam pengadaan 12 unit drone ANKA.
Selain itu, telah didirikan juga perusahaan joint venture antara kedua negara yaitu PT TUSAS Indonesia di Bandung.
Industri pertahanan Turki mengalami perkembangan yang pesat baik dalam hal kualitas maupun ukuran. Pada 2023, Turki mengekspor 230 produk pertahanan ke 185 negara.
Bagi Turki sendiri, sektor pertahanan merupakan sektor unggulan di mana pengelolaan industri pertahanan diarahkan untuk menjaga dan mengamankan integritas dan kedaulatan wilayah di tengah lingkungan strategis yang sangat dinamis di kawasan.
Pengembangan industri pertahanan Turki diarahkan menuju kemandirian industri pertahanan. Sedikitnya, 80 persen industri pertahanan Turki merupakan produksi dalam negeri.
Selain itu, tujuh industri pertahanan Turki masuk dalam Defense News Magazine 2023, Aselsan, Turkish Aerospace Industries, BMC, Roketsan, STM, FNSS dan Havelsan- bergerak di bidang Military Fixed-Wing Aircraft, Naval Vessels dan Surface Combatants, Military Rotorcraft, Military Land Vehicles, Missiles and Missile Defense Systems, dan Submarines.
Turki juga saat ini merupakan produsen utama dunia dalam pesawat nirawak dengan pemain utama yaitu Baykar Technology, produsen drone tempur, Bayraktar, yang telah teruji di berbagai medan pertempuran.
Secara statistik tahun 2023, omzet sektor industri strategis Turki sekitar 11 miliar dolar AS, investasi riset dan pengembangan sebesar 2,1 miliar dolar AS, dan nilai ekspor tahunan sebesar 5,5 miliar dolar AS.
Sementara itu, volume proyek industri strategis Turki sejauh ini mencapai 860 proyek dengan nilai sebesar 83 miliar dolar AS, proyek dalam status kontrak sebesar 62 miliar dolar AS, dan sebesar 21 miliar dolar AS dalam status negosiasi.
Ekosistem pengembangan industri pertahanan Turki menerapkan konsep triple helix, yaitu terdiri dari peran pemerintah-industri-universitas, yang berjalan cukup baik dari hulu ke hilir.
Ekosistem tersebut menyangkut kebijakan pemerintah yang suportif, keberadaan Sekretariat Industri Pertahanan sebagai pemangku kepentingan utama, institusi di bawah Kemenhan Turki dan kantor Presiden Turki yang bertugas mengatur industri pertahanan dan ketersediaan teknologi militer, keberadaan rantai pasok industri pertahanan dalam negeri, keberadaan ratusan pusat riset dan pengembangan termasuk teknopark, serta kebijakan ekspor dan pengadaan yang menguntungkan.(ant/lgn)
Load more