Jakarta, tvOnenews.com - Eks Wakapolri Komjen (Purn) Oegroseno membongkar kecerobohan Polda Jabar seusai kalah di sidang praperdailan Pegi Setiawan dalam penetapan tersangka kasus Vina Cirebon.
Menurutnya, kepanikan itu bahkan terjadi pada penyidik yang menangani perkara pada 2024.
Kondisi itu memicu pertanyaan besar dari psikolog forensik, Reza Indragiri yang terkejut soal pernyataan Oegroseno.
Dalam tayangan YouTube Diskursus Net, Reza Indragiri menuturkan 'kepanikan' yang disebutkan Oegroseno cukup menarik dibahas dalam tingkatan Polda Jabar.
"Kalau Polda Jabar saja begitu Pak, kepanikan, Bapak katakan tadi bahkan saya menganggap ini sebagai error (kesalahan) yang sifatnya sistemik," kata Reza Indragiri dilansir Rabu (17/7/2024).
Oegroseno menyampaikan seusai praperadilan dimenangkan Pegi Setiawan, kondisi itu yang seharusnya menjadi pelajaran bagi penyidik Polda Jabar.
Namun, dia menuturkan semestinya kondisi tersebut tidak perlu terjadi jika penyidik mampu menyiapkan bukti-bukti terkait penetapan tersangka tersebut.
"Mari kita jadikan guru yang baik pengalaman, tapi kan kalau saya berpikir apakah menjadikan guru yang terbaik itu harus berangkat dari pengalaman yang kita sendiri kan gitu. Sebetulnya juga dari awal kalau bisa ya jangan sampai terjadi hal-hal seperti yang dilakukan terhadap Pegi ini ya," kata Oegroseno.
Dia menuturkan kesalahan Polda Jabar terungkap saat majelis hakim PN Bandung mengabulkan gugatan praperadilan Pegi Setiawan.
"(Praperadilan) itu ya bukan biasa, tapi kecerobohan dalam keadaan situasi. Saya katakan panik nih, kenapa? Ini menghadapi yang dari awal sudah 'kita sudah siap tim' misalnya gitu. Ini kan bukan hanya bicara, melainkan akan berperang," jelasnya.
Oegroseno mengatakan saat menghadapi praperadilan, penyidik kepolisian seharusnya menyiapkan alat bukti yang seusai, sehingga bisa memenangkan gugatan.
"(Perang) itu kan bawa pelurunya banyak, logistiknya banyak, supaya tetap bisa memenangkan peperangan seperti itu," tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Reza Indragiri makin tak bisa menerima kepanikan yang dialami penyidik Polda Jabar.
"Sebagai orang yang belajar psikologi Pak, saya bisalah memahami adanya kepanikan pada manusia yang bekerja sebagai penyidik Polri, tapi sebagai warga negara yang berharap besar terhadap Polri, saya berontak tuh pak terhadap penggunaan kata kepanikan itu," sahut Reza.
"Saya mengapresiasi bahwa bapak selaku mantan Wakapolri bisa menggunakan kata itu (kepanikan,red) secara gamblang," tambahnya.
Sementara itu, Reza menyoroti praperadilan penetapan tersangka Pegi Setiawan oleh Polda Jabar.
Seusai Pegi Setiawan memenangkan gugatan praperadilan, Reza merasa penyidik Polda Jabar tidak serius menangani perkara tersebut.
"Menghadapi praperadilan Pegi itu kan sebenarnya di masa Bapak ingin mengatakan Polda Jabar panik lawan kuli bangunan kan enggak mungkin," tegasnya.
Oegroseno lantas mengatakan bukti kepanikan itu bisa dibantah jika Polda Jabar menang melawan gugatan Pegi Setiawan.
"Kalau misalnya (alat bukti,red) cukup kuat, tidak ada kepanikan. Sekarang begitu dilihat praperadilan perkara yang diajukan kaitan dengan Pegi ini sudahs elesai sidang. Ini peradilan yang luar biasa. Ini berkasnya Pegi apakah berkas baru, atau berkas yang nyangkut kebetulan ke berkas lama," tutur Oegroseno.
"Nah kalau di awal itu berkasnya yang lama digunakan Pegi ditangkap langsung dilimpahkan Jaksa, ya, kan nanti kan di situ ada petunjuk-petunjuk jaksa dan sebagainya. Namun, enggak terlalu banyak karena sudah masuk berkas sidang (praperadilan). Nah, mungkin kejadian tidak seperti ini. Jadi, ya seharusnya mulai waspada itu sejak dari awal sebelum nangkap Pegi itu aja," imbuhnya.
Sebelumnya, Reza Indragiri menekankan kerja tidak proper tersebut diperlihatkan penyidik Polda Jabar tahun 2024, bukan 2016 saat awal kasus pembunuhan Vina dan Eky.
"Khusus terkait penyidik terhadap Pegi Setiawan, kalau bapak melihat ada problem di kompetensi atau integritas? Penyidik 2024 atau kombinasi keduanya?"tanya Reza.
Merespons hal tersebut, Oegroseno menyebut terdapat kepanikan yang terjadi pada penyidik Polda Jabar 2024.
Bahkan, dia menilai kepanikan tersebut juga dirasakan Kapolda Jabar Irjen Akhmad Wiyagus.
"Ya kompetensi sih tidak terlalu ya, integras ada kepanikan. Panik menghadapi kasus ini harusnya kan saya bilang Polda Jabar jangan dibiarkan sendiri harusnya ada tim dari Mabes Polri yang memberikan asistensi," ujar Oegroseno.(lgn)
Load more