Pertama, katanya dengan memanfaatkan teori kerumunan ala Gustave Le Bon, membuncahnya data survei anggota NU yang hampir 60%, bisa saja mencemari pemikiran rasional Gus Ipul bahwa PBNU bukanlah suatu entitas tunggal dengan PKB. Sebagai institusi yang berbeda entitas dengan PKB, tidak memadai reasoning Gus Ipul menyiapkan tim lima yang bertugas mengembalikan PKB ke PBNU. Betul bahwa sejarah adalah vitae magistra. Tetapi bukan berarti secara serta merta pengembalian apalagi pengambilalihan dibenarkan oleh aturan main yang yang menjadi kebutuhan dan kesepakatan bersama, apalagi oleh sejarah.
Kedua, masih merujuk konsep psikopolitik, cara pandang Gus Ipul tentang PKB kontemporer, cenderung ultra konservatif yang mengarah pada berpolitik secara halusinatif. Pola berpolitik seperti ini, menggambarkan gap, jarak bahkan misleading, menyesatkan tidak saja bagi Gus Ipul pribadi tetapi juga menggambarkan psikopolitik Kramat Raya secara umum.
Ketiga, tercemarnya pemikiran rasional Gus Ipul dan pola pemikiran yang ultra konservatif, jika terjadi secara ajeg, potensial menimbulkan sikap kalap.
"Kakap dalam konteks ini adala ketidaksadaran menabrak aturan main yang berlaku dan ketidaksabaran menghormati anggaran dasar maupun rumah tangga PBNU dan lebih-lebih PKB. Sudahlah Gus Ipul, sudahi manuvermu," katanya. (ebs)
Load more