Jakarta, tvOnenews.com - Pengunjuk rasa anti-rasisme turun ke jalan-jalan di beberapa kota di Inggris termasuk London, Birmingham, dan Liverpool, untuk menentang keras kerusuhan terbaru dan kekerasan kelompok ekstrem kanan yang menyasar pencari suaka, etnis minoritas dan umat Muslim.
Aksi demo tersebut berlangsung sebagai tanggapan atas meningkatnya serangan dan intimidasi bermotif rasial dalam sepekan terakhir.
Di London utara, kerumunan besar orang berkumpul, dan melambaikan papan dan spanduk anti-fasis bersamaan dengan bendera Palestina.
Di Finchley, seorang pengunjuk rasa dari golongan ekstrem kanan bersitegang dengan demonstran anti-rasis.
Situasi memanas ketika pengunjuk rasa anti-rasis mengambil bendera Inggris dari seorang perusuh ekstrem kanan, yang meneriakkan “polisi rasis” dan “Jalan kami, rumah kami” dari kerumunan.
Insiden tersebut meningkatkan ketegangan antara polisi dan pengunjuk rasa, yang menuntut pembubaran pengunjuk rasa ekstrem kanan karena menghasut kerusuhan.
Sementara itu, kepolisian Inggris mengatakan polisi telah dikerahkan ke Inggris bagian utara, serta sebanyak 1.300 lebih polisi berjaga di London.
Seorang pengunjuk rasa, yang berbicara kepada Anadolu, mengungkapkan sentimen kolektifnya.
“Sangat mengejutkan tingkat kekerasan yang kita lihat, tingkat intimidasi, rasisme, Islamofobia, kebrutalan, dan menakuti orang-orang di komunitas mereka,” katanya dilansir dari Antara, Kamis (8/8/2024).
Elizabeth, seorang pengunjuk rasa Yahudi, menekankan pentingnya solidaritas di antara komunitas yang menghadapi diskriminasi.
“Saya di sini untuk saudara dan saudari Muslim saya,” katanya.
Meskipun ancaman dari pemerintah dan polisi tampaknya telah membuat sebagian besar pengunjuk rasa sayap kanan tidak turun ke jalan, namun situasi masih tetap berubah-ubah.
Demonstrasi anti-rasis terus menunjukkan kehadiran mereka, mengadvokasi perdamaian semesta dalam menghadapi meningkatnya intoleransi.
Inggris telah diguncang oleh kekacauan selama berhari-hari, dimana perusuh sayap kanan melakukan kekerasan, melontarkan fitnah rasis dan Islamofobia yang menargetkan Muslim, kelompok minoritas, dan imigran.
Kerusuhan tersebut dipicu oleh berita hoaks atau palsu yang tersebar secara daring bahwa seorang tersangka yang ditangkap atas penikaman fatal terhadap tiga anak pada 29 Juli di kota tepi pantai Southport adalah seorang pencari suaka Muslim.
Pihak berwenang kemudian mengidentifikasi pelaku sebagai Axel Rudakubana seorang remaja berusia 17 tahun yang lahir di Cardiff, Wales dari orang tua asal Rwanda, tetapi terungkapnya berita hoaks itu ternyata tidak menghentikan kerusuhan oleh kelompok ekstrem kanan. (ant/raa)
Load more