Sementara, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Andi Nawa Candra menambahkan hingga Juli 2024 kekeringan telah berdampak pada komoditas padi terutama di lahan tadah hujan yang tidak beririgasi teknis.
"Gagal panen atau puso akibat kekeringan pada tanaman padi ada beberapa di wilayah Gunungkidul yang merupakan lahan tadah hujan," katanya.
Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY bakal melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan untuk mengatasi kekeringan di provinsi ini.
Modifikasi cuaca merupakan upaya tindak lanjut setelah Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan ditetapkan di DIY sejak 1 Agustus hingga 31 Agustus 2024.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan memasuki puncak musim kemarau warga diimbau tetap waspada kekeringan meluas di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pada Dasarian II Agustus 2024 (12 – 20 Agustus 2024) potensi hujan di wilayah NTB sangat rendah.
Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang kurang 20 mm/dasarian.
Berdasarkan analisis dan prediksi curah hujan dasarian, terdapat indikasi kekeringan meteorologis (iklim) sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan dengan potensi Waspada, Siaga, dan Awas, terjadi di daerah.
Hasil monitoring ENSO (El Nino-Southern Oscillation) terakhir menunjukkan Indeks ENSO (+0.115) terpantau berada pada kondisi netral.
Kemudian prediksi Indeks ENSO diprediksi berpotensi menuju La Nina mulai periode Agustus-September-Oktober (ASO) 2024.
Load more