“Apa yang terjadi dalam masyarakat akibat teknologi digital menjadi refleksi”, ungkap Nezar.
Netizen punya akses menilai melalui media digital tanpa memiliki metodologi namun berdampak terhadap masyarakat real. Broadcasting yang telah menjadi narrowcasting.
Dari dikonsumsi secara simultan (dalam waktu dengan konten yang sama seperti pada media konvensional), kini konten yang disiarkan meskipun simultan namun kendali ada pada audiens. Mereka dapat menonton dalam waktu kapan saja dengan platform yang berbeda. Definisi penyiaran digugat.
Oleh karena itu, perlunya ruang diskusi dari ketiga perspektif antara pemerintah, industri dan kampus untuk mendefinisikan kembali broadcasting.
Untuk menjawab tantangan digital di masa depan, Nezar menuturkan, “Punya growth mindset untuk kreatif”.
“Pengembangan ekosistem digital yang inklusif merupakan kunci keberhasilan Indonesia dalam menghadapi era digital. Kolaborasi yang erat antara pemerintah, industri, dan kampus menjadi sangat penting untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera di era digital”, ungkap Totok yang saat ini mengawal tranformasi ATVI menjadi Institut Media Digital EMTEK (IMDE).(lkf)
Load more