Jakarta, tvOnenews.com - Artis kondang Wanda Hamidah viral lantaran secara lantang mengumumkan dirinya keluar dari Partai Golkar karena tidak ingin berada di jalur yang salah.
Hari ini, dia hadir bersama puluhan Guru Besar dan Akademisi dalam kunjungan ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk mengucapkan terima kasih karena telah menjalankan konstitusi dengan baik.
Di kesempatan pertemuan bersama pihak Hakim Konstitusi, Wanda Hamidah menyampaikan sebuah pidato.
Semula, Wanda mengungkit perbuatan oknum Hakim Konstitusi Anwar Usman yang terjerat pelanggaran kode etik karena melakukan perbuatan culas demi meloloskan sang keponakan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
"Kurang lebih setahun yang lalu, Anda, anggota Mahkamah Konstitusi dinistakan. Lembaga ini diperlakukan hanya sebagai juru stempel murahan," tegas dia, di Ruang Rapat MK, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2024).
Eks politikus Partai Golkar ini mengatakan mahkamah terhormat diinfiltrasi untuk membuka jalan bagi sebuah dinasti.
Dia mengutip perkataan salah satu pendiri Indonesia, Soekarno atau Bung Karno.
"Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang presiden sekali pun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat," tuturnya.
Namun, langkah MK yang memutuskan perkara nomor 60/PUU-XXII/2024 terkait yang menyatakan partai politik di provinsi dengan penduduk 6 juta hingga 12 juta jiwa dapat mengusung calon jika memperoleh suara 7,5 persen dinilai tepat dan tidak mencoreng marwah konstitusi.
"Telah lama hak-hak rakyat dilipat-lipat, bertahun-tahun politik diubah hanya jadi permainan para juragan partai. Dalam pemilihan wakil dan pemimpin, pemilu, dan Pilkada praktis tertutup bagi rakyat yang luas dan tidak terbuka bagi mereka yang tidak berpartai," ungkap dia.
"Padahal telah jadi rahasia umum, di dalam dan di luar parlemen, partai-partai telah jadi bunglon. Berubah mirip kongsi jual beli; jual beli suara, jual beli dukungan, jual beli integritas," sambung dia.
Wanda juga mengatakan telah menjadi rahasia umum pula bahwa politik bukan lagi perjuangan untuk perbaikan hidup rakyat. Kini politik adalah Medan perdagangan.
"Semua diringkus untuk dipertukarkan dengan kedudukan dan kekuasaan. Perilaku jujur disisihkan, karena tidak laku. Perilaku tidak jujur menjadi kezaliman baru. Bertapa menyedihkan," lirih dia.
Perempuan ini juga mengutip perkataan Mohammad Hatta atau Bung Hatta, "kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman, namun tidak jujur itu sulit diperbaiki."
Seperti yang dilakukan oleh para elite partai politik, para juragan partai politik besar dan kecil, telah mempersulit perbaikan perilaku yang tidak jujur.
Apalagi ketika mereka kian berkuasa. Apalagi ketika mereka bersekongkol dalam sebuah kartel politik keculasan.
"Anda, para hakim yang mulai, berdiri di depan melawan itu. Anda bukan saja mencegah para pembegal demokrasi jadi kekuatan yang menentukan pemilu dan pilkada. Anda mengembalikan demokrasi jadi percaturan para demos, rakyat banyak yang berhak," tandas dia.
"MERDEKA!" teriak Wanda yang diikuti para Akademisi dan Guru Besar. (agr/rpi)
Load more