Jakarta, tvOnenews.com - Praktisi Investasi & Pemerhati Ketahanan Energi, Feiral Rizky Batubara mengatakan, saat ini target bauran energi berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2025 sulit tercapai karena sumber energi fosil masih mendominasi.
Oleh karena itu, perlu diupayakan secara cepat agar terbit revisi KEN yang baru.
Dia juha mengungkapkan sumber energi fosil adalah sumber energi yang paling populer digunakan pada seratusan tahun terakhir.
Ke depan Energi Baru dan Terbukan (EBT) akan menggantikan dominasi energi fosil.
Namun, hal ini perlu Kebijakan Energi Nansional yang pro kepada transisi energi agar dapat terlaksana.
"Sulit tercapainya target KEN tahun depan. Oleh karena itu perlu disahkannya Kebijakan Energi terbaru secepatnya," kata Feiral, di Jakarta (23/08/24).
Dirinya menambahkan saat ini dengan melihat pembangkit listrik di dunia sudah mulai transisi ke energi terbarukan.
Meskipun secara mayoritas masih disumbang oleh energi fosil, dimana sekitar 35,7% disumbang dari Batu Bara, sekitar 25% dari Gas Alam dan fosil lain.
Sumber energi sisanya sudah mulai ditopang oleh energi terbarukan, antara lain Air dari yang terbesar lalu diikuti dengan Nuklir, Angin, Matahari, Bio energi, dan lainnya.
"Sampai kapan kita mau membiarkan implementasi transisi energi ke EBT tarik ulur seperti sekarang ini? Apabila kita mengengok ke beberapa negara tetangga lain disekitar kita, ada Jepang yang telah mengimplementasikan Honeycomb wind lense turbine, China dengan araticial sun nuclear fusion reactor, Malaysia dengan solar project Mudajaya, dan Thailand dengan powerhouse of Srinagarind hydropower plant & Kwai Yai river," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, telah menyampaikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya di Cilegon, Banten akan ditutup.
Oleh karena itu, perlu ada pembangkit listrik dari EBT yang masif dan berkapasitas besar.
"Hal ini akan mengakibatkan terganggunya ekonomi, pertahanan, keamanan dan sendi-sendi peradaban ini. Sumber EBT yang dirasakan mampu berdaya besar adalah geothermal, air dan nuklir. Karena geothermal dan air lokasinya jauh dari pengguna, intermiten, dan tergantung dari kondisi alam, sebaiknya pemerintah tidak menjadikan nuklir sebagai energi terakhir. Karena sumber energi ini menghasilkan energi yang murah, bersih dan kontinyuitasnya tinggi," kata pria berkaca mata ini.
Menurutnya, perubahan harus dimulai dari sekarang dengan menghadapi risiko kegagalan, keuntungan finansial yang relatif lebih sedikit untuk saat ini, guna meraih tujuan yang jauh lebih besar serta bermanfaat untuk jangka panjang untuk anak cucu.
Selain itu, penerbitan greenbond serta transaksi di bursa karbon menjadi salah satu dari mekanisme yang dapat merangsang geliat green economy.
"Tentunya kebijakan-kebijakan pendukung dari Pemerintah tetap akan selalu dibutuhkan sebagai landasan yang akan sangat efektif dalam mensimulasi pergerakan ekonomi serta pemodalan kearah yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan," pungkasnya.(lkf)
Load more