“Mereka memiliki lebih banyak akses ke teknologi, tetapi mungkin kurang memahami apa yang terjadi di tempat-tempat seperti Indonesia. Itulah sebabnya kami membawa diskusi penting ini lebih dekat ke rumah, di sini, di ISF di Jakarta,” sambung Rachmat.
Mengenai hal tersebut, Deputi Rachmat menjelaskan telah dilakukan kerja sama di hari pertama pelaksanaan ISF 2024 (Kamis, 5/9/2024) dengan di antaranya telah dilaksanakan lima plenary sections, enam thematics, tiga high level dialogues, 3 interactive mini-sessions serta 14 MOUs and partnerships.
“Jadi kami memiliki beberapa kolaborasi dalam forum ini. Dengan demikian, kita dapat mulai melakukan sesuatu hari ini dengan hal yang baik dan ini tidak hanya jumlahnya yang mengesankan, tetapi kedalaman dan kekayaan diskusi benar-benar sangat menonjol,” papar dia.
“Kami berhasil membawa percakapan kritis ini lebih dekat, menciptakan dialog yang bermakna dan berdampak, serta menyaksikan pertukaran yang penuh semangat dan mengumpulkan wawasan yang tak ternilai di berbagai topik. Izinkan saya untuk menyoroti beberapa hal penting dari sesi kemarin,” tandas Rachmat.
Transisi energi itu rumit dan membutuhkan waktu, jelas Rachmat, tidak ada jalan pintas, oleh sebab itu harus mengatasinya dari berbagai sudut pandang.
Meskipun sains, teknologi, dan solusi yang kita miliki saat ini mungkin tidak sempurna, semuanya sudah membuat perbedaan, dan akan terus berkembang.
Tak hanya itu, Deputi Rachmat juga menekankan bahwa transisi ini bukan sekadar peluang untuk mengurangi perubahan iklim, namun juga merupakan kesempatan untuk mengamankan energi yang terjangkau dan mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan salah satunya. (agr/muu)
Load more