Tak hanya itu, pakaian yang digunakan kedua tokoh agama itu memaknai kesucian mengingat keduanya sama-sama mengenakan pakaian serupa jubah berwarna putih.
Karenanya, pertemuan itu juga dapat dimaknai berupa agama hadir ke bumi bukan sebagai penyulut konflik, tetapi sebagai sarana untuk merawat bibit persaudaraan dan kemanusiaan.
Allah telah menegaskan perbedaan itu sebagai sunnatullah atau hukum alam dan sudah menjadi kehendak-Nya.
Ajaran dasar untuk menerima dan menghormati perbedaan keyakinan itu termaktub dalam Al-Qur'an, Surat An Nahl, Ayat 93, yang terjemahannya adalah, "Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki".
Artinya, jika tidak menerima, termasuk tidak menghormati keberadaan agama di luar Islam dan penganutnya, merupakan pelanggaran atas ketetapan Allah yang memang menghendaki umat manusia di Bumi ini berbeda. Agama juga menegaskan bahwa perbedaan itu menjadi sarana untuk saling mengenal atau lita'aarafu satu sama lain, sebagaimana termaktub dalam Quran Surat Al Hujurat Ayat 13.
Beberapa tafsir memaknai ayat itu untuk mengingatkan umat agar tidak mendominasi yang lainnya, apalagi sampai menjadi ajang untuk berkonflik.
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia mengimbau stasiun televisi yang menyiarkan langsung kegiatan Misa Akbar Paus Fransiskus pada Kamis (5/9/2024) untuk mengganti azan Maghrib dari biasanya menggunakan suara menjadi tampilan teks berjalan.
Load more