Jakarta, tvOnenews.com - Sang guru mengungkapkan sosok sebenarnya Nia, gadis penjual gorengan di Padang selama di sekolahnya. Ternyata ia adalah siswi yang berprestasi dan jago silat.
Kisah tragis dialami Nia, seorang gadis penjual gorengan berusia 18 tahun di Padang. Ia ditemukan tewas tanpa busana pada Minggu (8/9/2024).
Padahal pada beberapa jam sebelumnya, Nia sang gadis penjual gorengan pergi berjualan menjajakan makanannya seperti biasa.
Siapa sangka tak lama setelah ia pergi berjualan demi memenuhi kebutuhan keluarganya, Nia harus dibunuh oleh seseorang hingga berakhir dengan kondisi yang mengenaskan.
Sang wali kelas, Reni Fatma Yunita menceritakan Nia gadis penjual gorengan itu adalah sosok yang berkesan baginya.
Sebab, selama hidupnya Nia adalah siswi yang berprestasi dan bersikap baik kepada guru-gurunya.
Reni mengkisahkan, gadis 18 tahun itu bahkan sempat mendapatkan ranking satu di kelasnya saat kelas 10.
"Lalu, di kelas 11, 12 tidak pernah rankingnya keluar dari 1-6," kata Reni, diwawancarai tvOne, dikutip Sabtu (14/9/2024).
Ia juga mengatakan, gadis penjual gorengan itu adalah seorang atlet tingkat provinsi.
"Anak ini memang atlet provinsi yaitu silat. Nia sempat juara satu di silatnya," cerita Reni.
Meski aktif sebagai atlet dan berprestasi, nilai akademisnya pun tak kalah hebat. Ia tidak pernah mengecewakan di setiap pelajaran.
Reni mengaku sangat kehilangan karena salah satu siswi yang berprestasi itu kini harus pergi untuk selamanya.
"Nia ini hampir semua mata pelajaran dia tekuni dengan baik, yang mencolok tentunya memang atlet silatnya, tetapi walaupun Nia atlet, akademisnya itu benar-benar hampir seimbang," kata Reni menjelaskan.
__Jualan Gorengan Sejak Kelas 10
Nia ternyata sudah cukup lama berjualan gorengan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Menurut Reni, siswi berprestasinya itu sudah mulai berjualan gorengan sejak kelas 10 atau 1 SMA.
Ia juga mengungkapkan, sang gadis sering terlambat masuk kelas pagi karena harus memesan gorengan terlebih dulu.
Sepulang sekolah, ia akan menjual gorengan itu sambil berkeliling kampung.
"Jadi Nia ini waktu kela 10 dia sudah berjualan gorengan. Jadi kami itu masuk jam 7.10, jadi sebelum jam 7 ini kita punya apel pagi dan Nia ini selalu terlambat karena memesan gorengan," ujar Reni.
Jika seorang siswa terlambat, maka akan mendapatkan hukuman, begitu juga Nia.
Menurut Reni, pihak sekolah sebenarnya memahami kondisi gadis 18 tahun itu yang harus berjualan gorengan demi keluarganya.
Sehingga, ada satu waktu sekolah merasa tidak perlu menghukum siswinya tersebut.
Apalagi, selama sekolah ia selalu menjadi siswi yang berprestasi dan membanggakan.
Namun, Reni mengatakan, Nia sendirilah yang ingin dihukum karena dirinya melanggar aturan yaitu terlambat apel pagi.
"Walaupun dia terlambat, Nia ini selalu sanksi yang dia tidak dapatkan,'Bu, nggak boleh kasihan sama Nia', Nia selalu mendapatkan sanksinya yaitu bersih-bersih lingkungan," katanya.
Selama terlambat mengikuti apel pagi, siswi yang kini telah tiada itu selalu membersihkan lingkungan sebelum masuk kelas karena menjalankan hukumannya. (iwh)
Load more