Jakarta, tvOnenews.com - Video detik-detik dugaan perundungan atau bullying di SMA Binus School Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan terungkap.
Pihak SMA Binus School Simprug membuka rekaman CCTV untuk membuktikan tidak adanya perundungan bahkan pelecehan seksual di sekolah swasta tersebut.
Sebelumnya, Binus School Simprug telah membantah keras soal dugaan perundungan dan pelecehan seksual yang dialami salah satu siswanya RE (16).
RE dalam laporannya ke pihak polisi mengaku mendapat perundungan hingga pelecehan seksual oleh sesama siswa pada rentang waktu 30-31 Januari 2024.
"Bahwa berdasarkan CCTV yang kilat lihat, ternyata di sana itu yang terjadi adalah adanya istilahnya siswa ini sepakat untuk bertinju istilahnya berkelahi," ujar Otto Hasibuan selaku kuasa hukum Binus School Simprug, dalam konferensi pers, Sabtu (14/9/2024).
Dalam rekaman CCTV tersebut, belasan siswa termasuk RE tampak masuk ke dalam toilet sekolah secara bersama-sama sekitar pukul 13.37 WIB.
RE tampak santai masuk ke toilet serta mengobrol bersama dua orang temannya.
Mereka berada di dalam toilet sekitar delapan menit, sampai akhirnya keluar pada pukul 13.45 WIB dalam CCTV tersebut.
Kemudian Binus School menunjukkan video lain yang disebut didapat dari seseorang.
Dalam video kedua tersebut tampak RE sedang berkelahi dengan siswa lain, sementara beberapa siswa lainnya hanya menyaksikan perkelahian tersebut.
RE tampak terkena pukulan, kemudian ia membalas dengan beberapa pukulan lagi.
Namun, saat seorang siswa mencoba untuk melerai, perkelahian tersebut, video terhenti.
Otto Hasibuan dengan tegas menjelaskan tidak da pengeroyokan seperti yang dilaporkan RE ke Polres Metro Jakarta Selatan.
"Jadi mereka mengajak berkelahi, tidak ada pengeroyokan. Jadi satu lawan satu berkelahi. Setelah itu selesai," katanya.
"Sebenarnya, kami tidak ingin menunjukkan ini, tapi karena sudah sedemikian rupa pemberitaan seakan-akan dan Binus ini menelantarkan, membiarkan kejadian-kejadian ini," tambahnya.
Siswa berinisial RE (16) di Binus School Simprug mengaku mendapatkan bullying oleh terduga pelaku setiap hari hingga mengalami trauma.
Hal itu juga mengakibatkan korban harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Kuasa hukum korban, Sunan Kalijaga mengatakan, dari pengakuan kliennya itu, bullying terjadi saat korban masuk ke sekolah sebagai anak baru.
Kemudian, hari pertama di sekolahnya ini korban sudah mendapatkan bullying.
“Anak korban ini menyampaikan apa yang dialami sesuai kejadian yang sebenarnya. Dia bilang dia masuk situ sebagai anak baru. Lalu dari hari pertama masuk sudah mendapatkan bullying yang diduga dilakukan ada anak-anak pejabat, ada orang-orang besar lah,” kata Sunan Kalijaga kepada wartawan, Minggu (15/9).
Kemudian, RE juga sempat ditanyakan mengenai pekerjaan orang tuanya. Para terduga pelaku yang mengaku berasal dari anak pejabat itu justru melancarkan aksi bullying secara verbal dan non verbal kepada korban.
“Korban bilang ‘saya nggak mau cari masalah, saya cuman mau sekolah’. Sudah mulai itu secara verbal dibully setiap hari. Sampai ada dugaan pelecehan seksual di hadapan orang banyak. Ada kekerasan, ada pemukulan, bahkan dia digilir, digebukinnya digilir, disaksikan banyak orang secara dua hari berturut-turut,” ungkap Sunan Kalijaga.
Kemudian, akibat pembullyan tersebut, korban harus mendapatkan pertolongan dari rumah sakit dan setelahnya mengalami trauma hingga tidak berani masuk sekolah.
“Akhirnya anak korban ini dibawa ke RS Pertamina dengan infonya ada fotonya semua sampai dirawat beberapa hari. Setelah itu kan anak ini ada trauma nggak berani masuk sekolah,” tukas Sunan Kalijaga.
Korban juga sempat meminta pihak sekolah untuk memberikan keringanan proses belajar mengajar melalui daring.
Namun, ternyata korban masih mendapatkan bullyan hingga akhirnya proses belajar mengajar dihentikan.
“Informasi nya pada saat online pun keterangan korban tetap mendapatkan bullying secara online. Sehingga ya sudah tidak online lagi sampai sekarang,” tukasnya.(muu)
Load more